Kamar kos, 28 Agustus 2015
Sebelum masuk kuliah aku selalu ditakut-takutin dengan cerita-cerita
menyeramkan seputar ospek jadi mahasisswa baru oleh Robby teman baikku dari
kecil.
“Hati-hatilah kau zal kalau ntar kuliah,” kata Robby dengan wajah yang
diserem-seremin.
“Zaman aku jadi maba tahun lalu, aku dikerjain habis-habisan disuruh berjemur
di panas terik berjam-jam. Udah itu, ntar dimalu-maluin sambil make atribut
yang aneh-aneh. Sumpah, ospek inilah momen yang paling kejam!”
Aku adalah tipe orang yang gak percaya dengan yang dikatakan orang lain
sebelum aku melihatnya dengan mata dan kepalaku sendiri. Sebab itulah, aku
sering diketawain karena udah tau orang yang sebelumnya gagal tapi aku malah
niru kegagalannya. Tapi aku gak nyesal karena setidaknya aku bisa ngambil
pelajaran dari kegagalan terdahulu.
Contoh kecilnya pas ngambil jalur SNMPTN waktu SMA dulu. Kalau orang-orang
bilang lebih baik ngambil yang se-daerah dulu karena putera daerah diutamakan
dan kalau lulus setidaknya udah aman apalagi kalau lulusnya di USU (universitas
sumatera utara). Di daerahku USU ini jadi kampus idam-idaman, tapi serius, aku
biasa aja malah gak kepengen masuk disitu. Walaupun diiming-imingin dengan
kata-kata putera daerah yang kemungkinan 80% kesempatanku lulus, tetap aja
dalam hati aku penasaran buat ngambil ITB. Udah cinta kali aku sama ITB ini.
Padahal udah diwanti-wanti biar ngambil yang se-daerah dulu, aku tetep
ngeyel untuk ngambil yang tinggi yaitu di ITB. Dalam hidup aku punya prinsip,
untuk menjadi orang yang luar biasa aku harus melakukan tindakan yang luar
biasa dan keputusan yang luar biasa. Tapi kalau pengennya jadi orang yang
biasa-biasa, ikutilah omongan-omongan biasa dari orang-orang yang biasa yang
gak berani untuk mencoba. Lebih baik mencoba daripada sampai mati masih
penasaran karena gak pernah nyoba.
Dan pas pengumuman, ternyata aku dinyatakan tidak lulus. Usai sudah rasa
penasaran dan sampailah dimana rasa semangat untuk memerangi asa tiba.
“Terus, apalagi yang seram pas ospek,” tanyaku kepada Robby yang mulai
sibuk memainkan gadgetnya.
“Banyak, sih, tapi ntar kau rasain aja sendiri. Pokoknya kau rasainlah
atmosphere zaman SMA itu berbeda dengan zaman kuliah nanti. Kau rasakan ajalah
sendiri.” Jawab Robby.
Beberapa minggu setelah percakapan dengan Robby, sampai juga dimana masa
pembuktian kalau ospek tidak seseram yang dikatakannya. Saat ini beberapa
langkah kaki lagi aku akan mengahadapi hari pertama ospek di salah satu institut
tinggi negeri yang baru di Indonesia yaitu ITERA adik kandungnya ITB.
Selangkah demi selangkah aku berjalan melewati megahnya gerbang yang
menjadi simbol kebanggan mahasiswa disini
.
Pas aku melangkahkan langkah pertamaku di institut ini, aku udah ngerasa
kalau ada sesuatu yang berbeda.
Bener aja, pas dibariskan per-kelompok, aku yang kebetulan ada di kelompok
12 yang juga telat dihari pertama ospek langsung dipandang dengan tatapan mata
aneh dari maba lain. Tatapan mata yang seperti mengatakan kalau akulah manusia
paling aneh di planet bumi.
Dibarisan, aku cuman celingak-celinguk gak jelas karena gak ada satupun
manusia yang kukenal dikelompok ini. Mau langsung kenalan ntar dibilang sok
akrab. Gak mau ngajak kenalan ntar malah dikira sombong. Dizaman ketika para
cowok sukanya make celana jogger dan si cewek sukanya make jilbab modelnya ratu
Jodha, kenalan itu bisa disalahartikan. Serba salah.
Akhirnya aku mengerti apa maksud perkataan Robby kalau atmosphere kuliah
itu berbeda dari SMA.
Semua maba baru dibariskan buat pembukaan ospek dan akan dilanjutkan dengan
kegiatan dilapangan.
Siang itu lapangan lagi terik-teriknya. Yang warna kulitnya putih bisa jadi
hitam, yang hitam kayak aku tinggal nunggu gosongnya aja.
Semua maba dibariskan sambil mengeluarkan name tag dan atribut ospek
seperti botol minum dengan cap itera dll... Setelah semuanya beres dan
dikeluarkan semua kami disuruh duduk kembali.
Dicuaca sepanas ini yang bisa aku lakuin hanyalah menunduk sambil julurin
lidah buat minumin air keringet yang bertetesan dan berharap di tetesan
berikutnya rasanya berubah jadi manis kayak sirup marjan.
Pas lagi kibas-kibasin buku karena kepanasan, gak sengaja aku ngeliat sosok
seorang wanita manis yang juga lagi kepanasan. Tapi kalau dilihat wanita ini berbeda
gak kayak wanita pada umumnya yang kalau kepanasan jelek. Dia berbeda, semakin
panas, semakin banyak tetesan keringat yang keluar, semakin sexi pula dia
dimataku. Aku terpana...
Pas kutatap matanya, muncul perasaan aneh dari dalam jiwa “Apakah aku jatuh
cinta?” lebih tepatnya jatuh cinta dengan seorang wanita yang bernama Rena.
Mungkin si Rena risih ketika matanya kutatap sambil berpikir “ini anak ngapain
liat-liat mau minta sedekah ya?” Tapi... ah sudahlah.
Hari-hari yang berat waktu ospek terasa ringan setelah mengenal sosok Rena.
Ternyata aku bener-bener jatuh cinta. Aku gak nyangka kalau akhirnya aku bisa
jatuh cinta pada pandangan pertama padahal sebelumnya aku mati-matian gak
percaya kalau cinta pandangan pertama itu tidak ada yang ada hanyalah cinta
pada belahan dada.
Tapi Rena ini beda, aku ngerasa ada sumber energi yang muncul setiap kali melihat
senyum manis dari wajahnya. Setiap melihat senyumnya ntah kenapa rasa lelah
hilang. Lihat lagi, aku jadi makin semangat. Ngelihat lagi, uang ratusan ribuku
hilang karena ngeliatnya sambil kibas-kibas uang seratus ribuan. Seandainya ada
perintah push-up 100 kali, jangankan seratus kali, seribu kali pun aku jabani
kalau ada di sebelahnya. Rasa panas bukan lagi halangan.
Begitulah orang yang
sedang jatuh cinta pada umumnya.
Aku percaya kalau cinta itu hadir untuk menguatkan yang lemah dan
melemahkan yang kuat.
Untuk menarik perhatiannya, aku coba untuk sering-sering ngebuat lawakan.
Tujuannya cuman satu, cuman untuk menarik perhatiannya. Gak jarang dia tertawa
setiap kali aku membuat lelucon. Aku gak tau dia tertawa karena lucu atau lucu
punya temen kelompok segoblok aku.
Jujur, Aku adalah seorang lelaki yang mudah suka sama wanita tapi sulit
untuk jatuh cinta. Semakin aku mengenal Rena, semakin dalam pula aku jatuh
cinta. Tapi, ntah kenapa saat itu aku gak kepikiran buat menjadikannya seorang
pacar. Ada alasan tersendiri bagiku kenapa gak mau menjadikannya seorang pacar
selama kuliah. Bagiku, ada hal yang lebih berharga ketimbang menjadikannya
seorang pacar yaitu dengan menjadikannya sebagai semangat hidup. Jadi,
seandainya suatu saat aku down dan mulai pesimis, aku cukup ngeliat fotonya
atau senyumnya maka timbullah energi semangat tersebut. Energi yang dapat
membuatku menjadi mahasiswa yang lebih, lebih semangat dan lebih kreatif buat
nunjukin kepada Rena kalau keberadaanku itu ada.
Besoknya, aku pergi ke kampus dengan perasaan semangat yang berkobar-kobar
apalagi kalau bukan buat ketemuan sama Rena. Kebetulan hari ini hari terakhir
ospek dan niatnya hari ini aku pengen ngeminta pin bm-nya agar bisa lebih dekat
dengannya.
Anehnya, Setiap kita lagi berduaan dan aku ada kesempatan buat minta
pin-nya, pasti ada aja gangguan. Yang minta foto selfie, yang minta tanda
tangan, pokoknya minta-minta ke dia deh. Oh iya hari itu ada kegiatan buat
ngumpulin tanda tangan dari maba yang lain lalu diajak selfie minimal sebanyak
40 orang. Tujuannya sih buat kenalan sama maba yang lain. Kalau masalah selfie
yang diuntungkan itu ya Cuma satu: cowok yang ganteng dan cewek yang cantik
kayak si Rena ini nih. Gak pernah minta gak pernah nyamperin tau-tau udah 50
tanda tangan aja. Lah aku, laki-laki dengan tampang mirip tukang gojek,
boro-boro dapat 50, hari itu 10 aja belum. Dan seandainya ada yang minta tanda
tangan ke aku bukannya cewek, malah cowok.
Gak terasa hari udah mulai gelap dan ospek pun akan ditutup sebentar lagi.
Kami dikumpulkan kembali di lapangan buat dengar arahan kembali oleh para
kating dan panitia ospek tahun ini. Untuk penutupan kali ini aku berharap ada
special performance dari JKT48 yang tiba-tiba lompat dari gedung ITERA lalu
nyanyi “I want you.... I need you” Tapi serius mana mungkin ntar pahanya lecet
lagi.
Sembari menunggu penutupan satu persatu temen-temen cowok di kelompokku
ngajakin selfie anggota yang lain termasuk si Rena. Katanya sih buat
kenang-kenangan sebelum TPB karena nantinya bakal berpisah. Dalam hati aku juga
pengen ikutan selfie bareng Rena tapi apesnya pas ngedatangin Rena buat
ngajakin selfie, mendadak lidahku berbelit dan ngomong pun terbata-bata
bukannya ngajakin selfie aku malah mirip orang yang minta sedekah. Dan sore itu
untuk kesekian kalinya aku gagal selfie bareng Rena.
Ditengah lapangan panitia berjalan sambil menggenggam puluhan balon yang diikat
jadi satu dan menyuruh kami semua mengeluarkan kain paris yang disuruh bawa
semalam. Awalnya aku ngira kalau kain itu bakalan digunakan buat cebok
ngelap-ngelap pantat seandainya pas boker gak ada air. Rupanya buat nulis kesan
dan pesan serta impian buat ITERA selanjutnya.
Langsung aja aku samber spidol yang ada ditangan salah satu temen kelompok
dan menulis semua harapanku selama kuliah. Gak muluk-muluk sih, aku cuman
pengen tamat dengan IPK minimal 3,2 dan gak ngecewain orangtua. Pas lagi nulis harapan tersebut, aku ngeliat wajahnya
Rena yang juga sibuk nulis harapannya. “Oh iya, kok gak sekalian nulis namanya
aja,” pikirku. Akupun menulis namanya dengan singkatan yang hanya aku yang
mengerti lalu menggariskan sebuah kata yang bertuliskan “My motivation”
dibawahnya.
Balon yang membawa seluruh harapan anak ITERA pun diterbangkan. Tinggi,
tinggi..., semakin tinggi pula terbangnya. Balon yang membawa semua harapan
anak ITERA termasuk juga harapanku. Ada perasaan sedih ketika melihat balon
tersebut pergi. Seandainya tadi aku lebih berani untuk berbicara kepada Rena,
mungkin aku gak bakal menuliskan namanya dan menjadikannya sebagai sebuah
harapan yang akan diterbangkan oleh balon tersebut. Betapa bodohnya aku,
seharusnya aku tau kalau cinta itu menguatkan bukan melemahkan. Seandainya aku
lebih berani... lebih berani dan lebih berani lagi... harapan itu gak akan
pernah terjadi karena pastinya akan menjadi kenyataan.
**
Penyesalan datangnya belakangan.
Sekarang aku hanya bisa menyesali betapa pengecutnya aku sambil melihat
sosoknya yang mulai pergi meninggalkan lokasi. Seandainya tadi aku lebih berani
mungkin cinta ini gak akan menjadi cinta yang bungkam dengan seribu bahasa.
Cinta yang hanya diketahui oleh pemiliknya tanpa diketahui oleh sang pujaan
hati.
Cinta Tapi Bungkam
Reviewed by Rizali Rusydan
on
August 28, 2015
Rating:
Rena jadi inspirasi gitu ya di ietera..wahhh aku juga alulus dg ipk 3,24 hahhah
ReplyDeletewah lulus dgn ipk 3,2 keren banget!!!!
Deletepeneysalan memang belakangan bro datangnya. sekarang, rena sudah bahagia di negri sakura sana bersama dengan team b nya :")
ReplyDeleteciailah, anak kuliahan. ini flash fiction atau flash fiction yang diambil dari kisah nyata bro? jangan2 lu beneran jatuh hati sama mahasiswi di kuliahan lu itu lagi..
ini kisah nyata bro namanya aja aku samarkan jd rena biar keren gitu hahhah
DeleteMungkin ada cinta lain yg sedang menunggumu bung. Mungkin lebih baik dari Rena ini, mungkin Kinal. Eh tapi kalau Kinal mah buat gue ah.
ReplyDeletebuset, baru mandanginnya aja dah tahu namanya Rena. keren
ReplyDeleteini jangan nyerah dulu mas
siapa tahu ntar ketemu dan ternyata satu jurusan
gue juga orang yang nggak percaya sebelum melihat atau membuktikan langsung. Tapi tidak ada salahnya mendengarkan nasihat orangtua. Hidup ini terlalu singkat untuk melakukan kesalahan yang sudah dibuat orang lain. Jadi sebenarnya kita tidak perlu melakukan kesalahan yang sama seperti yang orang lain lakukan, kita hanya perlu belajar dari kesalahan orang lain.
ReplyDeleteCiyee yang lagi jatuh cinta dengan Rena, eh kamu gak lagi denial kan? Bukan Rena yang lagi ada di Jepang sana kan?
ReplyDeleteHmm, aku harus berterima kasih sama Robby atas sarannya masalah kuliah pilih yang satu daerah dulu karena kemungkinan keterima lebih besar. Siapa tau tips itu berguna.
Ya udah deh semangat ya kuliahnya, ganbarizal!
Gile hebat amat ospeknya, pake bawa-bawa JKT48 segala. Kampusnya berduit nih.
ReplyDeleteYah, kenapa donk ga diajak kenalan? Orang yg jatuh cinta diam-diam pada akhirnya hanya akan menyesal diam-diam...
untung waktu ospek dulu kagak disuruh kayak elu, mungkin nasib gue juga sama kayak elu..
ReplyDeleteditambah lgi gue males bnget sama yg namanya selfie.
Oh, aku tau ITERA. Itu masih baru kan, ya? Udah diospek, berarti udah resmi jadi mahasiswa. Selamaaaaat! \o/
ReplyDeleteItu Rena nama aslinya atau samaran? :))
Aku jadi ngebayangin Rena member JKT48.
Nah, buat pelajaran. Lain kali harus lebih berani. Percayalah, kelak keberanian itu akan membuatmu terkejut. Hihihik~
Yah,, sayang sekali, mungkin Anda belum beruntung mendapatkan Rena.
ReplyDeleteMungkin bisa dicoba lain kali ya..
Tapi lain kali jangan hanya bungkam karena kesempatan blm tentu datang 2 kali.
Cie maba, cie cinta pada belahan dada. eh pandangan pertama maksudnya.
ReplyDelete''Bukan cinta pada pandangan pertama, tapi pada belahan dada'', kamprett dah
ReplyDeletewah memang seperti itu yaa kisah cinta waktu muda.hehehehhe
ReplyDeletedulu sy juga pernah merasakanya waktu ospek 8 tahun lalu..pernah deket sama cew,sering jalan bareng,,tp sayang dia udah punya cow.heheheheh
busetttt dah, 8 tahun yg lalu ah wkwkwkkw
DeleteJadi intinya cinta itu bikin bungkam ya gan karena saking cintanya? emang bener banget sih fakta orang yang beneran cinta pasti kaya begini. Mau ngomong aja gak berani apalagi mau megang tangan aciaaatt
ReplyDeleteGue heran, ada angin apa yang menghanyutkan gue untuk menghabiskan waktu berlama-lama di blog ini... tapi gue berhenti di satu titik, karena gue penasaran sosok seperti apa rena itu? Hahaha
ReplyDelete