Sebenernya aku udah telat banget mau nulis ini soalnya besok
udah mulai masuk kuliah dan secara resmi liburanku pun sudah resmi berakhir.
Berhubung karena pengalaman di Batam-Tanjung Pinang terus terngiang-terngiang
di kepalaku, oke, aku tulis deh tentang liburanku selama disana.
Ini kali kedua aku bisa kembali ke Tanjung Pinang dan Batam
setelah 15 tahun berlalu. Liburanku di Batam-Tanjung Pinang ini pun terjadi
karena ketidaksengajaan. Berawal dari telat mesen tiket pesawat untuk pulang ke
Lampung yang menyebabkan harga tiket melunjak naik 60% yang tadinya cuman 1
juta, berubah menjadi 1 juta 800 ribu ketimbang maksain pulang yang
ujung-ujungnya gara-gara itu jadi puasa sebulan di kosan, muncul lah sebuah ide
“Gimana kalau mesen tiket pesawatnya satu-satu. Pertama dari Medan-Batam,
selang beberapa hari barulah lanjut Batam-Lampung.” Ide brilian ini awalnya
muncul karena ada saudara di Tanjung Pinang yang juga nawarin singgah dulu
sejenak ke tempatnya dan voila..
mungkin inilah yang namanya jodoh.
Pertama nyampe di Bandara Internasional Hang Nadim yang
pertama aku lakuin selain bersyukur adalah “Ini selanjutnya mau kemana?”
Sendirian, meskipun ada saudara, aku harus nunggu sampe dia tiba dulu. Sialnya,
ntah kenapa aku selalu kena sial kalau lagi posisi genting kayak gini. Semua
ini terjadi ketika aku nunggu barang yang akan keluar melalui bagasi pesawat. Aku
salah nunggu tempat ngambil barang dari bagasi.
Normalnya tuh, di Bandara Internasional kayak gini
pastinyalah tempatnya luas, belum lagi jarak dari awal turun ke pesawat untuk
ngambil barang menuju tempat bagasi itu jauh. Biar gak salah ketika sampe
ditempat nunggu barang dari garasi, aku perhatikan layar monitor yang ada di
tempat itu. “Medan”, begitu tulisannya. Yeah, aku gak salah nunggu tempat. Aku
tunggu 10 menit.. 20 menit.. hampir 30 menit..
kamfret tasku kok
gak keluar-keluar? Apa jangan-jangan dicuri? Tapi ah, gak mungkin, isinya kan
kolor semua.
Sampe ada bapak-bapak yang negur aku dan bilang, “Mas.. salah tempat nungguin bagais. Tempat nungguin garasi
yang dari Medan itu ada disebelah sana kalau yang disini itu untuk yang dari
Bandung”
Kamfret.. berarti daritadi aku ngapain aja? Fack… dasar
layar monitor garasi labil! Tadi nampilin “Medan” sekarang berubah jadi “Bandung”
Semenjak saat itu aku jadi anti sama layar monitor garasi karena takut di php-in sama kayak kamu.
Selepas itu, aku langsung nemuin saudaraku yang udah jemput
di luar bandara dan langsung bertolak dari bandara Hang Nadim menuju Telaga
Punggur penyeberangan kapal ferry menuju Tanjung Pinang.
Se-sampainya di Pinang, lagi-lagi aku dijemput oleh
saudaraku. Kalau diliat-liat Tanjung Pinang ini kota yang menarik. Aspal
jalannya bagus, kiri-kanan laut, banyak taman kota yang terawat, dan ya..
ternyata penduduk di Pinang ini jumlahnya belum sampai jutaan masih ratusan
ribu jiwa.
Ketika sampai di rumahnya saudara, aku langsung istirahat.
Besoknya, dengan hati yang berbunga-bunga karena akhirnya
bisa ke Tanjung Pinang, pagi-pagi buta aku udah main sepedaan menyusuri jalanan
kota yang letaknya itu bersebelahan dengan sisi pantai. Gila, jalanannya sepi
banget, rapi, udaranya pun masih terjaga.
Keren ya.. sepedanya |
Gedung Daerah, satu hari sebelum hari kemerdekaan. |
Mungkin inilah dampak karena masih sedikitnya penduduk yang
menghuni daerah ini. Gak kebayang gimana seandainya warga Jakarta pada pindah
kesini. Jangankan sepedaan pagi-pagi, baru bangun tidur aja aku udah di klaksonin, “Woi.. bangun lo! Jangan
Bangkong mulu! Gak tau lagi macet ini?!”
Beberapa jam setelah selesai sepedaan, aku disuruh saudaraku
untuk segera mandi dan beres-beres karena mau diajak jalan-jalan lagi. Katanya
sih, ke pantai..
“Wah… pantai akhirnya
ke pantai juga setelah sekian lama,” ungkapku
dalam hati. Bodo amat dah kulit hitam terbakar kayak pantat kuali, yang penting
mantai.
Pantai yang kami tuju ini namanya Lagoi Bay. Denger namanya
Lagoi, aku yakin, ini pasti wisata nomor satu yang ada di Kepulauan Riau. Pasti
ini, gak salah lagi.
Untuk ke Lagoi membutuhkan waktu sekitar se-jam lebih dan
selama perjalanan menuju Lagoi yang aku lihat hanyalah dataran rendah, tukang
jual durian, dan daratan yang dulunya dijadikan tambang pasir. Karena banyak
tukang durian di sepanjang perjalanan kami, saudaraku pun mengajak ku untuk
makan durian. Oke, kapanlagi makan durian selain di Medan, pikirku.
Disini, jual durian itu lucu ya.. digantungin dan di-kiloin.
Bayangin, durian di-kiloin wkwkwkwk… kulitnya, durinya pun dihitung. Bagi orang
Medan lucu aja kalau liat tukang jual durian kek gini. Kalau di Medan itu
biasanya jual durian perbuah bukan di gantung+kiloin.
Habis makan durian dan menempuh perjalanan selama sejam, fack yeah.. tak terasa akhirnya aku nyampe di
Lagoi.
Tiga kata buat Lagoi: KEREN, KECE, BADAI!
Abaikan orangnya karena tidak: Keren, Kece, apalagi Badai! |
Kawasan wisata yang masih dijaga kelestariannya meskipun
sudah banyak hotel disekelilingnya. Untungnya, aku kesini bukan pas hari libur
jadi serasa macam pulau pribadi.
Kawasannya yang indah.. pantainya yang bersih sampe ada
tukang sapunya dan pastinya lautnya yang biru. Ini menjadi destinasi wisata
unggulan di pulau ini karena banyaknya wisatawan yang datang bukan hanya
wisatawan domestic tapi juga wisatawan mancanegara. Banyak bule yang gak tau adab bersliweran cuman pake kotang dan BH.
Pemandangan ini gak baik, gak boleh dicontoh oleh orang timur seperti kita.
Belum lagi posturnya yang tinggi, kalau aku jalan berdampingan sama tuh bule mentok-mentok tinggiku cuman se-tetek nya doang. Mirip kayak tuyul yang
lagi jalan minta di tetekin.
Masih banyak keindahan yang gak bisa aku ungkapin saat liat
Lagoi. Kalau gak percaya Liat ajanih..
Gak kalah deh sama Pulau Bali ataupun Nusa Tenggara.
Sayangnya, daerah ini kurang ter-explore
aja. Padahal nih, infrastruktur jalannnya itu memenuhi. Mungkin beberapa bulan
atau setahun lagi ini bakalan terkenal banget mungkin pun bisa ngimbangin
pantai-pantai yang ada di Bali maupun Nusa Tenggara.
Sayangnya, liburanku di Tanjung Pinang maupun Batam gak bisa
lama. Cuman 5 hari. 4 hari di Tanjung Pinang sisanya di Batam. Di Batam pun
hanya sekedar lewat dan numpang naik pesawat. Masih banyak perasaan bahagia
yang aku rasakan selama disana dan mau aku tumpahkan ke tulisan ini, tapi
karena menghemat waktu aku akhirin saja tulisanku disini.
Selamat tinggal liburan. Besok udah jadi anak kos.
#MakanIndomieJadiRutinitas #IndomieDiKremes #BadanKurus #SepertiTakBernyawa
Babayy.. sampe jumpa di postingan selanjutnya.
Oh iya, kalian pernah ke Batam atau ke Tanjung Pinang juga?
Kalau pernah, share dong pengalamannya selama disana. Share di comment box ya! :D
Jalan-Jalan Sesat: Di PHP-in Layar Monitor. Episode Batam-Tanjung Pinang
Reviewed by Rizali Rusydan
on
August 21, 2016
Rating:
No comments: