Semalam
ceritanya aku baru aja nongkrong-nongkrong dengan dua orang sahabatku
selama di SMA. Merekalah orang-orang yang paling aku percaya. Mereka
itu adalah Sani dan Arief. Kami nongkrong di sebuah kafe yang
kebetulan pemiliknya adalah teman satu sekolahku juga tapi beda kelas
sebut saja namanya Toke.
Gak
afdol rasanya kalau kumpul-kumpul gak sambil nyeruput. Kami berempat
pun memesan mandi (manis dingin) ke Toke yang lagi sibuk melayani
pelanggan yang lain. Bertemu dengan sahabat setelah berminggu-minggu
gak jumpa itu rasanya anugrah tersendiri. Rasa sepi yang biasa
menemani kini hilang dan pergi. Seandainya di Indonesia dilegalkan
berciuman dengan sejenis di tempat umum, mungkin bakalan aku cium
Sani dan Arief karena aku bener-bener udah kangen. Kangen dibandarin.
Obrolan-obrolan
seru diantara kami bertiga tidak dapat dihindari. Mulai dari arief
yang katanya kalah testing TNI gara-gara testis (telor) nya parikokel
sampai cerita Sani tentang pengalaman konyolnya pas test kesehatan.
'Wah,
gila lah zal kalau kau tau kayak mana seremnya test kesehatan.
Semuanya disuruh bugil, beh... parahlah. Kayak mimpi buruk pokoknya,'
kata Arief dengan mimik wajah phitecanthropus
erectus
yang dibuat-buat serius.
'Serem
apanya, kan cuman disuruh telanjang rame-ramenya. Gak nya klen
disuruh megang kelamin yang lain satu-satu heheh.'
'tuh
lah kan, kau aja yang gak tau gimana seremnya. Pas bugil itu
nampaklah semua jenis dan model-model kelamin orang dari berbagai
kota di Medan,' Sani menimpali.
'Apalagi
san, pas aku tes aku nampak ada yang belum sunat. Padahal udah tua
haahha, bukan cuman itu aja. Ada yang anunya berkuriklah, ishhh....'
'Masih
mendingan kau. Kalau pas aku test ada yang anunya... ah sudahlah,
susah dibayangkan.' Kata Sani
'Kalau
kau nanti misalnya mau test jugak zal, kau rasakanlah gimana rasanya
anu kau ditengokin puluhan orang disekitar mu.'
'….....' speechless.
Obrolan
kami seputar anu terasa sangat khusyuk dan romantis. Apalagi
dilakukan di tengah-tengah kafe yang lagi rame.
Kalau
ikut test kesehatan semua peserta harus bugil dan rela tititnya
ditengok puluhan orang. Aku gak bisa bayangin gimana seremnya. Selama
aku hidup hanya dokter sunat dan emaklah yang pernah melihat tititku
yang paling berharga. Aku yakin, seandainya itu dokter lagi gak sepi
kunjungan, pasti tuh dokter sunat bakalan gak mau nyunat aku yang
tititnya lebih mirip belalai gajah.
Obrolan
tentang titit berubah menjadi obrolan tentang planning kami ke depan.
Aku nanya ke sani apa planning dia ke depan setelah kalah test
akademi polisi. Sani bilang, dia bakalan terbang ke jakarta buat
belajar dan ngecamp disana biar tahun depan bisa test dan insyallah
bakalan lulus. Kalau Arief, lain lagi. Arief ini memang rada-rada
absurd. Walau absurd dia juga teman sebangku yang paling setia dan
royal pastinya. Sangking royalnya, pas aku kehilangan pulpen, dia
rela mematahkan pulpennya menjadi dua dan memberikannya kepadaku agar
aku bisa menulis lagi (ini sebenernya pulpen atau es kiko yang bisa
dibelah?)
Karena
tanggal 9 juni nanti aku dan Arief bakalan ngikuti ujian SBMPTN
(Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri) gara-gara gak lulus di
jalur undangan, jadi Arief bilang sebelum nyampek ke lokasi ujian dia
juga mau sekalian nyari lowongan kerja. Ujian SBMPTN aja belum kelar,
ini udah mau nyari kerja.
Arief
absurd ya? Gak, dia gak absurd, tapi goblok.
Udahlah
ijazah SMP hilang, Raport SMP, SD juga Hilang, aku gak tau kedepannya nanti Arief mau jadi apa.
Masa depan Arief udah hancur. Sebagai teman yang baik, aku berdo'a
supaya dimasa depan Arief bakalan menjadi juragan odong-odong yang
udah go internasional dan memiliki cabang di eropa. Aku juga berdo'a
agar Arief kedepannya menjadi duta asosiasi odong-odong Indonesia
yang bertugas mensejahterakan kehidupan tukang odong-odong. Semoga.
Waktu
memang seperti pedang, yang siap menyayat dan menyucuk tubuh kapan
saja. Waktu juga adalah uang, yang disetiap berlalu maka tak dapat
untuk dikembalikan. Dan waktu juga merupakan karunia terbesar yang
dimiliki oleh setiap orang. Kalau udah wafat alias mati, kita gak bakalan lagi bisa ngerasakan bagaimana nikmatnya
waktu.
Ditengah-tengah
obrolan seputar titit dan planning ke depan, aku sadar kalau saat
ini, saat kami bertiga sedang duduk bersamaan, tepat sudah sebulan
setelah kami dinyatakan lulus oleh sekolah. Aku gak nyangka karena
waktu kayaknya cepat kali berlalu. Tiga tahun di SMA itu bukanlah
waktu yang cepat, itu waktu yang lama. Banyak kenangan yang udah aku
laluin selama di SMA. Indahnya sebuah rasa persahabatan, manisnya
sebuah cinta dari seorang pacar, bahkan kegagalan yang sampe saat ini
masih mendera. Semua itu aku syukurin dan ku anggap sebagai proses
pendewasaan diri.
Aku
masih ingat bagaimana rasanya pertama kali bisa mijakkan kaki di
salah satu sekolah favorit di Medan. Aku juga masih ingat bagaimana
keadaan ku pertama kali masuk sekolah.
Waktu
itu, fisikku kurus ceking, kulit sao busuk, lalu dipadukan dengan
seragam putih yang kedodoran dan sepatu rip curl dengan tali yang
berawarna kuning. Keadaanku lebih mirip cabe-cabean labil dibanding
seorang siswa.
Pas
kelas satu SMA, aku adalah seorang siswa yang culun. Dengan rambut
sebak kanan rapih, dan kacamata berwarna biru yang lensanya berbentuk
oval.
Sangking
culunnya, setiap pergi dan pulang sekolah aku selalu naik angkot
(sebutan orang medan buat angkutan umum). Sebenernya naik angkot,
bukanlah hal yang culun. Tapi, bagiku yang notabene seorang siswa
yang selalu ingin mencoba gaul itu adalah hal yang paling culun.
Jarak
dari rumah menuju ke sekolah itu sangat jauh. Aku harus selalu bangun
pukul 06.00 pagi tiap hari biar gak telat. Itu semua ku lakukan demi
mengejar mimpi dan angkot yang berjalan pagi. Wajah yang dari rumah
nampak segar, berubah menjadi layu kayak ikan tongkol disiram formalin.
Gak
jarang, aku bohong ke emak dan bilang kalau angkotnya hari ini telat
atau tukang angkotnya mendadak terkena serangan jantung sambil
tereak-tereak 'JANGAN..!!! JANGAN..!! AKH......... Hoek!' pas aku
stop dan naik (Kok dramatis macem sinetron gini, ya?). Semua ini aku
lakukan biar aku gak naik angkot lagi ke sekolah.
Beribu
cara aku lakukan biar mamak bisa yakin dan memberikanku kereta buat
aku naiki ke sekolah. Tapi sama aja hasilnya tetep NOL.
Sampai
akhirnya.
Aku
nyerah dan mulai menerima nasib kalau sebenernya aku memang
dilahirkan buat berjodoh dengan mobil angkot. Sekolah naik angkot.
Ngapelin pacar naik angkot. Bahkan ngajak pacar jalan-jalan aku juga
naik angkot. Kan gak lucu seandainya pas malam minggu tiba-tiba pacar bilang kalau dia pengen dijemput buat jalan-jalan lalu aku
balas pesannya dengan, 'oke
sayang, sebentar ya. 5 menit lagi aku jemput kamu dengan angkot
kesayanganku.'
Pas sampe rumahnya aku langsung mengandeng tangannya lalu membuka
pintu angkotnya dan klop! Kami berdua masuk ke dalam sebuah angkot.
Gak... ini gak banget.
Gengsi
karena gak mau dicap sebagai siswa yang culun karena kemana-mana naik
angkot, aku putuskan kalau tiap pulang ke sekolah aku gak lagi naik
angkot, tapi naik sodek, eh... maksudnya ojek.
Semenjak
naik ojek, kasta kehidupanku berubah drastis. Aku ngerasa udah gaul
karena gak dikucilkan lagi sama kawan tiap kali mereka bicara tentang
kereta. Aku jadi bisa pamer buat ceritain kereta tukang
ojek langganan. Bukan cuman itu saja. Semenjak naik ojek, aku jadi
selalu bawa promag dari rumah buat dimakan di sekolah tiap kali aku
laper karena duit habis dipake bayar ojek. Buat naik ojek aja, rela makan promag, apalagi buat kamu? Iya, kamu.
Untuk
menaiki dan memilih tukang ojek, aku juga mempunyai standard yang
tinggi. Aku selalu memilih tukang ojek yang tiap kali ngojek make
kereta yang kecepatannya minimal 125cc dibawah dari itu aku gak mau.
Aku gak mau saat pulang dari sekolah harus naik kereta butut yang
(cc) nya lambat yang kalau disalip sama vespa di sekolah kalah.
Bukan cuman keretanya aja, sebelum aku naik, aku juga memperhatikan melihat wajah si tukang ojek. Tidak boleh berwajah cabul, om-om hidung belang, jerawatnya banyak, kulitnya berminyak, INI SEBENERNYA MILIH TUKANG OJEK ATAU MISS UNIVERSE UNTUK KALANGAN OJEK???
Sebelum naik ojek perhatikanlah hal-hal kecil ini:
1. Pilihlah Tukang Ojek yang wajahnya baik dan friendly.
Banyak orang yang bilang "Janganlah melihat buku dari sampulnya" iya, itu memang bener, tapi, jangan salah sampul itulah yang membuat kita tertarik karena sebelum beli buku hal pertama yang kita lakuin pasti lihat sampulnya lalu baca sinopsys yang ada di belakangnya.
Begitu juga dengan memilih tukang ojek.
Sebelum naik pastikan kalau wajahnya terlihat seperti orang yang baik. Usahakan jangan memilih tukang ojek yang berwajah cabul apalagi ada panu, kadas, kurap, di wajah atau lehernya, jangan... jangan.
Tapi kan, banyak tuh orang yang wajahynya baik toh diam-diam udah masuk berita kayak kasus si Syamsul predator pembantu rumah tangga di Medan. Udah hajinya dia, wajahnya baik, eh... diem-diem bunuh orang.
Bener jugak. Kejahatan memang gak bisa disangka-sanka, tapi inilah salah satu cara yang bisa dipake. Kalau mau lebih aman jangan naik ojek, tapi naiklah odong-odong karena tukang odong-odong rata-rata baik, perhatian dan penyayang apalagi sama anak-anak yang naik sampe tambah-tambah lagu heheheheh...
2. Pastikan keretanya sehat.
Wajah yang baik bukan cuman standard, keretanya jugak harus ikutan. Sama aja halnya kalau lo naik tukang ojek yang lengkap udah make sorban di kepala, baju gamis di badan, tapi keretanya selalu batuk-batuk pas jalan alias mogok, toh... malah ribet harus dorongin biar bisa jalan. Ibaratnya kayak lo mau jadian sama member JKT48. Member JKT48 kan rata-rata cantik, jadi pas lo jalan ngedate lalu pas megang tangannya, wajahnya iya cantik kayak bidadari, eh... tangannya kurapan. Terpaksa deh, setiap jalan bareng lo harus sering bawa-bawa kalpanas buat di olesin setiap kali dia gatal.
3. Berdo'alah.
Ini senjata paling ampuh. Sebelum naik usahakan berdo'a agar selamat. berdo' a supaya keretanya gak mogok dan berdo'alah supaya gak di cabulin tukang ojek.
Pas aku sering naik tukang ojek pulang ke rumah, mamak sering risau dan cemas setiap kali melihat wajahku. Mamak kelihatan takut dengan tumpanganku yang baru. Rasa kegelisahan seorang ibu akhirnya pun gak bisa terbendung, saat aku pulang dan siap-siap mau duduk di meja makan buat makan, mamak tiba-tiba keluar dan duduk di sebelahku.
Dengan tatapan penuh keibuan mamak melihat wajahku dengan penuh rasa kasih sayang lalu bertanya,
'Zal, kau gak takut kalau naik tukang ojek terus?'
'Ngapain takut, tukang ojek kan gak makan anak laki-laki,' jawabku polos.
'Soalnya tadi pagi mamak baca berita, katanya: Tukang ojek itu udah banyak yang jahat. Banyak yang suka ngerjain alias cabulin penumpangnya, apalagi penumpang cewek.'
'Mak, itukan kalau penumpangnya cewek, aku kan cowok jadi kalau dia mau nyabulin aku yaudah tinggal aku cabulin luan.'
'TUTUP MULUT KAMU RIZAL, TUTUP!!! MAMAK MEMBESARKANMU BUKAN BUAT NYABULIN TUKANG OJEK,' Mamak mulai mendramatisir kayak sinetron Cinta Fitry.
'LAGIPULAK SIAPA YANG PEDULI! TOH AKU MASIH BAIK-BAIK AJA SELAMA NAIK TUKANG OJEK DAN GAK PERNAH DICABULIN.' aku mulai sewot.
'POKOKNYA MAMAK GAK MAU TAU! MULAI BESOK KAMU JANGAN SERING-SERING NAIK ANGKOT ATAU UANG JAJANMU MAMAK POTONG 2 BULAN, TITIK!!!'
Adegan teriak-teriak di meja makan, kayak adegan seorang tarzan yang baru ketemu emaknya selama 3 tahun di hutan.
Mamak memang salah satu dari ribuan ibu-ibu yang menjadi korban sinetron, jadi tiap kali ngomong harus selalu mendramatisir. Kalau ini sebuah film, mungkin percakapanku tadi bakalan di zoom in-zoom out, lalu ditambah dengan suara bass yang muncul tiba-tiba 'Jeng... Jeng... Jeng'.
Setelah percakapan bincang-bincang di meja makan, aku masih tetap sering naik ojek kalau pulang ke rumah. Inilah satu-satunya cara yang bisa membuatku gaul selama di SMA.
Sampai akhirnya.
Pas baru pulang sekolah malam hari karena latihan ekskul, membuatku malas nunggu angkot malam-malam dan memilih naik ojek. Pas naik ojek, aku udah perhatikan duluan wajahnya dari kunap dan kurap yang bisa tumbuh tanpa diundang, aku juga udah mastikan keretanya. Sip! Inilah tukang ojek idaman.
Diperjalanan, aku memilih diam dan membalas semua pesan-pesan yang masuk ke handphone pas di dalam angkot. Pesan itu dari pacarku. Saat itu aku pacaran dengan salah satu cewek dari kelas sepuluh yang lain.
Karena jarak dari pangkalan ojek ke rumah itu jauh, dan aku terlihat bungkam selama diperjalanan, abang-abang tukang ojek mencoba mencairkan suasana dengan bertanya, 'Dek, kamu udah punya pacar, belum?'
'Udah bang, kenapa?' tanyaku penasaran
'Udah, ya. Syukurlah...' jawab tukang ojek lega. Mungkin, abang tukang ojek tersebut lega karena aku masih suka sama cewek.
'Syukur kenapa bang?' Aku masih penasaran.
'Gapapa, sih. Eh... karena udah punya pacar, udah berapa lama pacaran?'
'Udah lima bulan bang.'
'Wah... itu waktu yang lama. Pasti udah pernah ciuman, kan?'
'Hah...,' aku terbengong kaget. 'Apa bang, aku gak salah denger, kan?'
'Gak lho.'
'YAH... JELAS BELUM PERNAHLAH BANG!' jawabku sewot. Jangankan ciuman, setiap kali megang tangannya aja, aku mendadak nervous bahkan sesak berak.
'Ah... aku gak yakin kau gak pernah ciuman,' kata tukang ojek yang masih ngeyel.
'Enggakk lho, bang. Aku betul-betul belum pernah ciuman.'
'Anak jaman sekarang kan gitu. Tiap kali udah kenal main sosor-sosor bibir aja.'
'Iyasih, bang. Tapi, maaf ya, aku anak jaman dulu kok bang.'
Abang tukang ojek kelihatannya masih gak percaya dengan jawabanku, dia nanya lagi, 'Kamu beneran, kan, belum pernah ciuman?'
'IYA, LHO BANG!' jawabku sewot.
Ini sebenernya tukang ojek atau reporter salah satu acara reality show di TV, sih. Yang kerjaanya nanyain pribadi orang yang lagi naik di ojeknya. Atau ini jangan-jangan mamak yang nyamar jadi tukang ojek. Seandainya ada linggis di tangan, udah ku jejelin ke mulutnya.
Rasa curigaku mulai timbul sejak mendengar pertanyaan yang ditanyakannya padaku. Jangan-jangan ini tukang ojek mau berbuat yang enggak-enggak.
Aku jadi inget perkataan emak bulan lalu yang bilang supaya aku gak sering-sering naik ojek kalau pulang malem. Omongan orangtua memang kayak do'a. Tiap kali dia ngomong untuk kebaikan anaknya, pasti itu bakalan terkabul dan terjadi.
Kenang-kenangan masa kelas satu SMA saat sering naik ojek, muncul perlahan-lahan kayak film yang yang sedang diputar di dalam bioskop. Gak nyangka aja, waktu bisa cepat berlalu. Saat ini aku sedang nongkrong bersama sahabatku setelah satu bulan dinyatakan tamat dari sekolah. Kayaknya baru semalamlah aku sekolah, kayaknya baru semalam jugalah aku pulang sekolah naik tukang ojek. Kenangan ini membuatku tersenyum saat sedang melamun mendengarkan cerita dari Arief dan Sani.
Waktu memang cepat berlalu. Entah kenapa, aku jadi kangen kenanganku selama kelas satu SMA yang sering naik ojek lalu pulang malem-malem. Lihatlah sekarang, kemana-mana aku udah dibolehin naik kereta, bahkan kalau keluar malem-malem mamak gak pernah cemas. Dulu, aku mati-matian minta dikasih naik kereta, eh... sekarang udah bebas naik kereta. Waktu kayaknya memang jawaban yang tepat untuk pendewasaan diri yang membuat orangtua percaya dengan semua keinginan anaknya.
Jadi, inti dari postingan ini adalah: JANGAN NAIK TUKANG OJEK KALAU WAJAHNYA CABUL.
-Sekian terimakasih-
Tukang Ojek
Reviewed by Rizali Rusydan
on
June 08, 2015
Rating:
Haha samaan, saya juga kalo mau naik ojek liat dari muka abangnya dulu..
ReplyDeletetapi kayanya ada satu yang kurang: pastikan tangan kamu udah standby pegang helm biar kalo dibawa lari beneran langsung hajar aja tukang ojeknya haha *apasih
hahah apaan sih :v
DeleteBawak linggis kali :D
Nama pemilik kafenya Toke gak pakek T lagi kan di akhir kalimatnya ? :v
ReplyDeletesebenernya makek tapi aku samar-samarin
DeleteHahahaha, gaya berceritanya lucuk. Kebayang logat medannya. Hehehe. Salam kenal ya.
ReplyDeleteselucu-lucunya masih lucuan mbak kok :D
DeleteApalagi kalau mbaknya subscribe blog ini. Iya, salam kenal juga!
hahaha konyol bangett,, btw ane malah belom pernah nauk ojek,, jadi ga tau mana yang wajahnya cabul mana yang friendly wkwkwk
ReplyDeletekeren gann
cobain naik deh gan, biar enakan gitu. BTW, lebih keren lagi kalau smbl follow blog sm twitterku.
ReplyDeletenanti aku folback kok hahah
haha ceritanya panjang bgt
ReplyDeletebiar greget mas :D
DeleteJadi inget lagi temen-temen sekolah, terakhir ketemu cuman pas UN doang.
ReplyDeletesama aku juga :(
DeleteWkwkwk.... absurd amat tulisan lu bro... keren dah, emang kalo mesti naik ojek harus nerapin tips - tips diatas ya? masalahnya tukang ojek ga ada yang mukanya friendly bro... tp kan kita ga harus liat dari penampilannya, atau lebih tepatnya don't judge a book by it's cover :)
ReplyDeletehhaaha iyasih, mungkin tukang ojek dirumahku aja yang wajahnya friendly ahhaha
DeleteKyak nya gue tau cover blog nya ?? dari komik kah ?
ReplyDeletekok OOT sih? jauh kali dari tofik yang dibahas.
DeleteItu, buatanku sendiri. tapi itu aku ngebuat inspired by luffy onepiece lalu yaudah pas aku gambar kepalanya. ku kasih sama mbak vindy yang buat yaudah di buat animasinya
Ih, begitu ya tes kesehatan? Pake telanjang dilihatin banyak orang? Gak geli apaa...?
ReplyDeleteKalau cewek gak malu apa? Gak bikin minder?
btw, naik ojek aku nggak pernah. Tapi pernah berniat utk naik ojek. Kalau dipikir2, serem juga ya naik motor sama orang yang nggak dikenal. Jadi nggak pengen deh!
iya, itu beneran.
Deletebagus, jangan mau naik ojek apalagi kalau gak hati-hati!
Pernah aku putus asa karena angkot nggak dateng-dateng. Pengennya naik ojek. :( Untung aja nggak jadi. Seandainya dia mesum terus aku diapa-apain gimanaaa...???
DeleteEh, kamu jangan nakal dong, mamak kamu kan bilang jangaan.. :D Nanti kalau tukang ojeknya berlaku lebih jauh daripada sekedar tanya gitu gimana... haha
yaelah, malunya pake banget tuh kalau tes kesehatan disuruh telanjang gitu.
ReplyDeletediliatin orang banyak.... hah.... malu
milih tukang ojek aja sampe segitunya, itu tukng ojek kepo mungkin karena suka sama ente gan.
itu tukang ojeek cabul juga pasti takut sama ane.
muka ane dah di garisin untuk jadi kayak wajah preman.
wahh... kau sebenrnya cowok apa cewek sih? kalau cewek manaada yang wajahnya preman -__-
Deleteiyasih, kayaknya tuh ojek meang suka samaku
Nama temennya lucu ya, toke. Lebih lucu kalo belakangnya ditambahin t :v
ReplyDeleteJadi mitos telanjang pas penerimaan tni itu beneran ya, soalnya pernah diceritain temen. Ngeri ya, takutnya gak pede soalnya anunya kecil *eh
Kayaknya semua ngegambarin dirinya pas masuk sma dengan culun, emang culun sih. Masa aku dulu pas pertama masuk sma eh smk disuruh pake kalung dari kabel data. Greget kan. Tapi pas udah lulus masa-masa kayak itu yang dinantikan dan pas reuni malah diobrolin.
Tentang tukang ojeknya no komen deh, kayaknya tuh kang ojek lagi nafsu sampai ke ubun-ubun liat rizal yg kayak katy perry. Barusan baca jikomu di g+
Jikoku keren kan di g+ bahahhabha
DeleteSebenernya namanya TOKE-T tapi aku samarin, biar gak bangga kali dia aku ceritain
Dan juga jangan naik tukang ojek yang muka bapaknya mirip om om gelap dan om om tukang begal :v
ReplyDeleteNah, ini bener!
Deletehahahahaha...
ReplyDeletelucu ceritanya...
ngakak abis deh
bdw sampe hafal dong kamu sama wajah tukang2 ojek
ada yang favoritt ga?
hohoho
bukan kenal lagi, kita berdua udah kayak pacaran kemana-mana sama.
Deletesemenjak aku naek kereta, dia ninggalin aku dan rimbanya hilang entah kemana =(
Titit evriwheere :v
ReplyDeleteEh aku gak pernah naik ojek sih. Jadi gak bisa ngerasain tuh :3
yaelah men, gak gaul kali hidupmu. cepat cobain sanadeh.
DeleteGue jarang naik ojek .btw, kunjungin balik ya...
ReplyDeleteZal itu mamahnya pas adegan marah kok endingnya malah bilanga jangan naik angkot? O_x
ReplyDeleteTukang ojek yang terakhir tuh kayanya lagi jalanin misi dari mamahmu Zal. hahaha
Tukang ojek nanya-nanya pacar. Kepo amat dia. Kayaknya bener kata Mas Ari, dia lagi menjalankan misi dari Kanjeng Emak. Tapi.... di Pacitan gak ada Ojek.. :'(
ReplyDeleteBaca ini sambil ngebayangin pake logat batak jdnya Haha.. Agak sbgian yg gak ngerti sih maksud prcakapnnya, tp lama2 klo trbiasa jd ngerti jg :D Terus kereta itu mksdnya motor ya?Kirain kereta beneran. Haha
ReplyDeleteItu kok percakpannya jd kyak ngebahas macam2 "anu" gtu sih? Wakakaak ngakak!
Aku jg klo sklah malah naik ojek+angkot, soalnya klo naek ojek smpe sklah mahal! Wkwk.. Sampe tukang ojeknya kenal sama aku. Wakakaak.. Kdang ada jg tipe tkang ojek yg demen curhat, crta soal anaknya lah apalah, kdang aku cumaa ber"Ohh.. iyaiyaa" ria aja ngdengerinnya.. Sekalipun kepo paling cuma nanyain kelas brp, gtu2 doang, gak prnah nanya udh pnya pcar apa belom,apalagi ampe dtanya udh ciuman apabelom-___-
Ohiya, btw kita sama nih bru lulus SMA *toss*