Komentar terbaru

BUNUH DIRI ITU MENULAR



Aku tau berita ini ketika sedang main warnet, iseng nunggu temen yang katanya mau nyusul, aku pun buka Instagram buat liat insta story. Salah satu temen, ada yang nge-share peristiwa bunuh diri, karena koneksi internet yang gak memadain, videonya patah-patah, dan langsung aku direct message temen yang nge share video tersebut.

"Itu video apaan ya?"

"Bunuh diri Zal.."

Paginya, sebelum pergi ke warnet, pagi itu aku sempet baca header berita tersebut yang masuk ke dalam pemberitahuan handphone. Namun, karena perginya buru-buru, yaudah, nanti aja pas pulang aku mau baca beritanya.

Ini adalah kali kedua proses bunuh diri terekam oleh kamera dan di share di sosial media. Lo ingat nggak, kasus seorang bapak yang bunuh diri dan menayangkannya live di akun  pribadi facebooknya? Bapak itu depressi karena ditinggal pergi istri. Lo masih ingat gak?

Sosial media sudah membuka satu-persatu sisi gelap manusia.

Ini cancer, penyakit masyarakat, bunuh diri itu menular. Percayalah, bukan seperti terkena cacar air yang menular melalui fisik, bunuh diri itu menular melalui psikologi. Buat orang yang ditinggalkan oleh pelaku maupun orang yang melihat adegan tersebut, dua-duanya bisa tertular.

Ngomong-ngomong masalah depressi, bunuh diri, alhamdulillah sampai saat ini aku gak pernah ngalamin ataupun ada niatan untuk bunuh diri.

Dengan adanya tulisan ini, aku mau membangkitkan kembali kesadaran kalau bunuh diri karena depressi bukanlah sebuah jawaban dan tindakan yang benar. Kita bukan seorang Samurai Jepang yang menganut paham harakiri, ketika semua yang dimpikan atau dicita-citakan gagal, kita bebas bunuh diri demi membela harga diri. Bukan, kita bukan mereka. Kita manusia abad milenial yang pola pikirnya harus selangkah lebih maju. Bunuh diri membuat pola pikir kita mundur selangkah, kembali ke masa feodal jepang, dimana bunuh diri adalah hal yang lumrah.

Saat lo sedang depressi, DIAM bukanlah sebuah jawaban. Semua orang punya masalah, semua orang masalahnya berat, tapi semua orang juga punya batasan. Lo gak bisa serta-merta diem, lalu lo pendem, berharap ketika bangun tidur kelak, semua masalah selesai. Nggak itu nggak bisa. Karena itulah hidup harus punya temen. Carilah temen yang menurut lo bisa dipercaya dalam menyimpen rahasia.

Terkadang di sela-sela nonon film atau main game, kadang aku sering terpikir, "sebenernya aku mau jadi apa?"

Serius, aku kadang menanyakan pertanyaan yang berat yang bahkan itu gak bisa kujawab sendiri. Kadang di satu sisi aku jadi seorang pemikir, disisi lain aku jadi seorang yang males mikir. Hidup emang gak gampang saat lu menjadi anak kos yang selalu dirundung masalah akademik.

Aku sempat ngerasain yang namanya depressi.

Itu menjadi hari yang sampai saat ini aku masih jijik jika harus mengingat kembali dan melihat betapa bodohnya aku saat itu. Semua itu dikarenakan tekanan yang diberikan dosen, temen, maupun diri sendiri yang melebihi batas kemampuan. Rasanya kepalaku mau pecah.

Aku selalu dirundung kalimat DO (drop out) dimanapun aku berada. Di kampus saat lagi belajar, dosen mengingatkan masalah tentang D.O. Di kosan, pas lagi main game, temen ngingetin masalah D.O, bahkan saat bangun pagi pun pertama yang kupikirkan, "Aku udah di D.O belum ya?"

Hidupku berubah jadi sangat dramatis seperti film korea. Mendadak drama dan banyak rintangan.

Waktu itu lagi UTS, aku gak mau gagal kedua kalinya. Aku harus mendapatkan nilai yang sesuai target, maka dari itu, dua minggu sebelum UTS aku udah mulai belajar. Mengunci diri, fokus dengerin materi dari youtube atau nontonin materi dasar dari zenius multimedia learning

Menjelang 3 hari sebelum UTS, inilah saat paling krusial, aku belajar habis-habisan. Aku ingat, aku pernah hampir gak tidur selama dua hari selama 48 jam tersebut aku hanya tidur sekitar 3 jam. Itupun ketika aku terduduk di depan laptop sambil menonton anime yang baru selesai aku download.

Sampai hari dimana pembalasan pun tiba. Aku yang udah belajar mati-matian jujur, soal yang keluar sewaktu ujian gak sesulit yang aku kira karena semuanya sudah kuantisipasi dengan belajar. Sehabis ujian aku merasa lega, minimal lulus lah dengan niai "B".

Seminggu kemudian, nilai dibagikan. Pas aku tau nilai yang aku dapatkan, serius, rasanya kesel banget, aku gak terima, nilai ku sama dengan orang yang malam itu bukannya belajar tapi dia malah numpang tidur di kamarku.

Aku kecewa, percuma aja gini kalau belajar habis-habisan. Sampai di titik ini, aku gak tau lagi harus apa, aku kecewa, bukan sama temen yang numpang tidur, aku kecewa sama diri sendiri. Aku gak masuk kuliah selama seminggu, aku cuman tiduran, makan, tidur lagi. Gitu terus selama seminggu. Aku juga mulai menyalahkan Tuhan yang menurutku gak adil dalam menilai, bukan cuman diriku saja, Tuhan pun ikut kusalahkan. Ini semua karena Tuhan. Kalap membuatku bodoh, membuatku gak bisa berpikir jernih dan mudah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang aku perbuat sendiri.

Besoknya, salah satu sahabatku datang dengan menggedor-gedor pintu, dia khawatir karena gak ngeliat aku selama seminggu di kampus. Saat dia masuk, barulah aku menceritakan semua yang aku rasakan selama aku dalam keadaan depressi.

Berbagi cerita ke orang lain tentang masalah pribadimu memang gak menyelesaikan masalah, justru kadang malah menambah masalah. Setidaknya dengan berbagi cerita, kau berbagi beban biar gak harus menanggung semuanya sendiri. Sharing is helping.


Aku juga termasuk orang yang memikirkan apa yang dikatakan orang lain. meskipun dari luar aku keliatan cuek, aslinya aku selalu mempertimbangkan apa yang orang katakan tentangku. Bukan berarti kata-kata mereka mempengaruhi sikapku, aku terkadang berpikir kalau, "benar jugak ya.." "seharusnya kemarin aku kek gini", ketimbang di pengaruhi aku menjadikannya sebagai bahan untuk intropeksi diri.

Kejadian ini gak bisa dibiarin terus begini. Takutnya ini bisa menjadi sebuah trend, buat orang yang takut atau selalu di rundung masalah. Melihat generasi muda Indonesia sekarang, generasi kita saat inilah generasi yang paling potensial untuk bunuh diri. Dengan berbagai permasalahan yang kompleks dimana arus informasi semakin terbuka, cyber bullying ada dimana-mana. membuat kita rentan dan berpikir kalau bunuh diri adalah hal yang baik.

Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk mencegah bunuh diri itu ramai terjadi hanyalah dengan membekalin diri sendiri ataupun orang lain tentang dampak yag terjadi setelah lo bunuh diri.

Apa yang terjadi setelah lo bunuh diri?

Apa dampak yang lo berikan ke lingkungan?

Apa yang dirasain orangtua lo waktu tau anaknya bunuh diri?

LO HIDUP UNTUK ORANG LAIN BUKAN UNTUK DIRI LO SENDIRI.

Kita ada dunia untuk melengkapi sisi orang lain. Anak lahir karena keinginan orangtua. Kita sebagai anak lalu tumbuh besar. Kita bukan hidup untuk membahagiakan diri sendiri, bisajadi kita hadir untuk melengkapin diri pasangan. Kita ada untuk membuat orangtua bangga. Kita ada untuk menjadi sebuah bagian membangun generasi yang lebih baik. Kita ada untuk berbagi, kita ada untuk membuka lapangan kerja bagi orang lain. Kita ada untuk memimpin negara. Banyak. Banyak yang bisa lo lakuin selama hidup, karena itu kita bukan hanya hidup untuk diri sendiri kita hidup demi orang lain.

Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri hanyalah orang-orang yang cocoknya tinggal di planet mars atau pluto.

Kita terlahir sebagai mahluk hidup yang kompleks yang memiliki banyak masalah, yang selalu menanggung impian dari orang lain.

Mulai saat ini, pikirkanlah apa yang barusan aku tulis.

Jika hidup terlalu berat untukmu, carilah teman untuk berbagi. Jika tak ada yang mau, berusahalah, Tuhan selalu menuliskan yang terbaik untuk kita selama hidup. Jika hasilnya masih buruk, berarti ceritanya belum selesai. Kisah termanis dalam hidup selalu diawalin dengan hal yang buruk. Bukan, Tuhan bukan mau menguji, dia hanya ingin membuat kita sadar, ketika hidup senang nanti ingatlah kesusahan sebelumnya agar kau tak lupa diri.

Buat korban yang ditinggalkan ataupun yang telah melakukan bunuh diri, aku mengucapkan banyak belasungkawa. Semoga kau tenang dan kematianmu bisa menjadi pelajaran bagi kami dan peringatan pada generasi seterusnya untuk lebih mencintai hidup.

#RIP
#SuicideISNotTheAnswer

BUNUH DIRI ITU MENULAR BUNUH DIRI ITU MENULAR Reviewed by Rizali Rusydan on July 28, 2017 Rating: 5

2 comments:

  1. Wah ngeri banget gan, Jadi harus lebih hati" lagi nih :). Thanks sudah mau berbagi infonya gan, sangat berguna

    ReplyDelete
  2. yah... intinya jaman sekarang banyak orang yang kraung mempercayai adanya Akhirat....

    ReplyDelete

Powered by Blogger.