Selamat hari Minggu! Ini waktu yang tepat untuk bersantai bersama teman
maupun keluarga. Bukan sebuah kebetulan bahwa Sabtu kali ini bertepatan dengan
tanggal 31—di mana itu menunjukkan kepada kita bahwa kita sudah benar-benar
berada di bagian paling ujung bulan ini. Hari ini hari minggu dan itu tanggal
1. Aku tak sabar!
Sesuai dengan judul, kali ini aku hanya ingin ngobrol santai tentang:
apa artinya menulis bagiku.
**
Semua manusia pada dasarnya mengerti bagaimana cara menulis. Tiap
kali kau terbangun dari tidur apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Sesuai
dengan perkembangan zaman saat ini, pastinya kau langsung membuka handphone
yang tergeletak di sebelahmu. Memeriksa berbagai akun sosial media yang kau
miliki, berharap menemukan secuil informasi terbaru selama kau terlelap. Entah
itu tentang idolamu atau kabar terbaru dari teman-temanmu.
Sambil masih membuka sosial media, isengpun menghampiri, sampai-sampai
hal tersebut membuat jari-jemarimu gemas, tak sabaran, apalagi kalau saat itu terdapat
sebuah pesan masuk untukmu, dengan segera kaupun pasti ingin langsung
membalasnya saat itu juga. Kaupun mulai mengetikkan kata demi kata, mengirimkan
beberapa emotikon, lalu mengirimnya, hingga akhirnya menutup sosial media tersebut
sedari menunggu pesan balasan.
Kegiatan membalas pesan tersebut bagiku itu terlihat seperti sebuah proses
dimana kau tanpa sengaja menulis. Saat itu kau memang sedang tak sadar. Hanya
berbekal dorongan rasa penasaran dan ingin membalas pesan masuk tersebut sesegera
mungkin, kaupun akhirnya menulis. Dari sini aku bisa menarik kesimpulan bahwa
setiap dari kita pada dasarnya gemar atau bisa menulis, hanya saja kita tidak
sadar, atau tidak mengakui. Makanya jangan ada lagi yang mengatakan bahwa dia
tidak bisa menulis. Itu dusta!
Namun bagiku menulis itu sendiri memiliki arti yang berbeda. Yang ada
di dalam benakku, menulis itu adalah menghasilkan sesuatu. Yang kumaksudkan
dengan sesuatu itu adalah: puisi, sajak, artikel. Bagiku itulah yang kusebut
dengan menulis.
Aku tak dapat memungkiri fakta bahwa akupun sama seperti kalian yang
tiap hari menulis tanpa sadar. Hanya saja, di samping itu aku juga dengan
sengaja menulis setiap harinya entah itu berupa sajak maupun puisi. Selalu, setiap
hari, tanpa henti.
Maka dari itu ada kalanya aku benar-benar jenuh dalam menulis. Bukan
karena kehabisan ide, melainkan aku orang yang skeptis tentang masalah ide. Aku
tidak menulis di saat mendapatkan ide maupun inspirasi dan begitu juga sebaliknya,
aku berhenti menulis bukan karena kekurangan ide maupun inspirasi. Semuanya serba
spontan mengalir begitu saja. Ya, seperti yang sedang kau baca saat ini.
Namun menulis sudah seperti mencicipi narkoba. Sekali kucoba, sulit aku
melepasnya. Terjerat, terbelenggu dalam cengkramannya. Ada masanya di mana aku sama
sekali tak ingin menulis. Baik itu sajak, puisi, artikel, dan lainnya. Semua itu
bertahan selama beberapa hari dan tanpa terasa sudah berjalan selama seminggu, lalu
lanjut lagi menjadi sebulan. Aku ingin benar-benar bebas dari belenggu tersebut.
Tentu semuanya tak semudah itu. Menulis itu narkoba karena kau akan
kecanduan. Tak terkira seberapa keras kau mencoba melupakannya, tetap saja hal
tersebut terngiang-ngiang di dalam kepala. Aku benar-benar tak bisa
melupakannya. Tiap kali aku mencoba benar-benar bebas, melupakan sejenak dunia
tulis-menulis, muncul suara dari dalam hati. Suara tersebut selalu membuatku
gelisah, uring-uringan, bagaimana dan bagaimana kalau hari ini aku menulis yang
ini. Bukan, lebih baik yang ini saja. Ah, sial, bukannya ini lebih
bagus. Tunggu dulu, bukannya saat ini aku sedang jenuh? Persetan! Semakin aku
berusaha keras melupakannya, semakin erat dia mencengkeram ingatan.
Menulis adalah pilihan yang merepotkan dan aku telah memilihnya. Aku
telah memilih jalan hidup yang merepotkan. Menulis sama seperti menyerah pada sebuah
siksaan. Dalam hening jari-jemarimu menari tak henti-henti, dan di saat yang
sama, pikiran dibuat sibuk tak karuan untuk memikirkan kata demi kata yang akan
ditulis kemudian. Kesendirian dan keheningan merupakan teman setia yang selalu bersama.
Kegelisahan dan ketakutan akan selalu menunggu. Hingga kau akhirnya takut akan
tiba waktu dimana kau tenggelam di dalam kata-kata yang kau sendiri sebutkan. Begitulah
menulis.
Beginilah aku. Bagaimana denganmu?
Tentang: Menulis Hari Ini
Reviewed by Rizali Rusydan
on
September 01, 2019
Rating:
No comments: