Tiap kali ada temanku yang bertanya, “selanjutnya kau mau kemana?” maksudnya,
“setelah selesai kuliah kau mau kemana dan apa yang akan kau lakukan?”
Sebagian besar teman-temanku akan menjawabnya dengan sederhana, “aku
ingin kerja atau mencari pekerjaan”. Namun jika kau menanyakan hal tersebut
kepadaku, itu akan menjadi sebuah cerita yang panjang.
Sampai saat ini aku sendiri masih bingung. Aku masih belum menikmati
apa yang kupelajari saat ini. Menjadi mahasiswa Teknik Informatika ternyata
tidak semudah yang kubayangkan. Dari puluhan mata kuliah yang sudah kupelajari,
aku hanya menikmati mata kuliah yang berkaitan dengan Matematika. Meskipun aku
tidak terlalu mahir dalam Matematika, tapi aku menikmatinya.
Di lain sisi, aku juga mempelajari Bahasa Inggris. Kukira yang satu ini
sudah menjadi hal wajib bila kau hidup di era sekarang. Jika kau tidak mampu
menguasai bahasa asing, maka bersiap-siaplah untuk terisolasi dari dunia luar
yang selalu berkembang. Sungguh, Bahasa Inggris, sebagai Bahasa Internasional, merupakan
salah satu ilmu yang wajib kau pelajari untuk saat ini. Bersyukur, aku sudah
pernah mempelajarinya dan beberapa bulan yang lalu aku diberikan kesempatan
untuk mengajar di salah satu lembaga belajar yang berada di “Kampung Inggris”.
Sebuah pencapaian yang lumayan.
Selain itu, aku juga aktif menulis. Dari 2 hal yang kusebutkan
sebelumnya, menulis merupakan hal terpenting dari segalanya. Sudah 6 tahun aku
menulis. Meskipun tidak rutin, dan belum menerbitkan sebuah buku, aku percaya,
nanti ada masanya giliran itu tiba.
Kembali ke pertanyaan awal, “setelah selesai kuliah kau mau
kemana dan apa yang akan kau lakukan?”
Sejujurnya, aku bingung apa yang mesti aku lakukan setelah lulus
kuliah. Apakah aku harus bekerja, memulai karir sebagai penulis, atau malah yang
lainnya, mengajar Bahasa Inggris.
Teman-temanku bilang kalau aku berbakat. Bisa menulis adalah sebuah
bakat, kata mereka. Namun bakat saja tidak cukup untuk menghasilkan uang. Aku sudah
6 tahun menulis dan belum pernah meraih uang sepeserpun dari apa yang kutulis.
Kecewa? Pasti. Tapi kau tak boleh terlalu lama tenggelam dalam kekecewaan.
Banyak dari teman-temanku yang menganggap bahwa memiliki sebuah
bakat adalah hal yang menakjubkan. Namun di satu sisi itu adalah kutukan. Aku
tak tau apa itu bakat. Karena aku bisa menulispun karena aku belajar. Aku belajar
bagaimana cara merangkai kata sejak kelas 2 SMA. Maka dari itu aku tak percaya
dengan adanya bakat. Kau yang menciptakan bakat karena bakat tidak turun
tiba-tiba dari langit seperti wahyu Tuhan.
Dan seandainya aku memang orang yang berbakat, harusnya aku tidak
bingung dalam menentukan arah dan tujuan setamat dari kuliah. Namun kenyataannya, aku kebingungan.
Dan jika aku memang orang yang berbakat seperti yang mereka katakan, lalu aku mesti bagaimana?
Harus Bagaimana?
Reviewed by Rizali Rusydan
on
November 16, 2019
Rating:
No comments: