Waktu-waktu Sulit

Terkadang berbicara masalah menulis membuatku benar-benar merasa bosan. Bosan, bukan berarti aku ingin mengakhirinya. Hanya ingin istirahat sejenak melupakan dunia tulis-menulis untuk sesaat. Tapi itu sudah kerap kali kulakukan. Dan hasilnya, sama saja, seperti yang sudah-sudah.

Aku tak terpaku pada ide. Tak terpaku pada jumlah berapa banyak orang yang datang untuk membaca tulisanku dalam sebulan. Bagiku, ide itu seperti lalat yang hinggap. Cukup dekat, namun sulit untuk ditangkap. Dan orang-orang yang berkunjung, datang untuk membaca seperti buah yang sedang dihinggapi lalat. Apabila rasa manisnya hilang, ia pun pergi. Bukan berarti aku menganggap rendah orang-orang yang membaca tulisanku, berkat kalianlah keberadaanku masih relevan.

Mungkin saja ada sesuatu yang terlewat dan mungkin saja itu menjadi sesuatu yang sangat penting.

Bulan Oktober yang baru saja kita lewati menjadi waktu-waktu yang sulit bagiku untuk produktif. Beban tugas, ujian, semuanya masih terasa sampai hari ini. Aku tak bisa menghindar dari kewajibanku (meski sudah kerap kali aku menghindar).

Kini aku percaya bahwa routinity kills your creativity tak peduli apapun itu bentuknya. Selama dia menyita waktu, dan perhatian, maka kreatifitas yang diagung-agungkan hanya seperti debu yang disapu hujan. Hilang tak berbekas entah pergi kemana.

Namun waktu-waktu sulit tidak semengerikan seperti yang aku katakan barusan. Tergantung bagaimana kau menyikapinya. Aku mungkin sedikit berlebihan atau terlalu menganggap permasalahan ini secara emosional. Tapi begitulah aku. Manusia yang lahir dengan segala sifat subjektifnya dan keambiguan.

Aku tidak jenuh dalam menulis hanya sedang malas untuk mengunggahnya, baik itu diunggah ke blog maupun wattpad. Dan kuharap kalian yang membaca tulisanku ini tidak merasakan apa yang kurasa. Berbahagialah selalu! Untuk aku, kau, mereka, semoga kita bahagia!

Mungkin setelah ini aku akan menulis tentang buku-buku yang baru saja selesai kubaca dan beberapa buah puisi. Aku harap kalian suka!