Sebagian dari kita sepakat kalau Corona benar-benar menjengkelkan.
Semua orang kena imbasnya.
Pedagang sepi pembeli.
Sedang harga kebutuhan meningkat pendapatan malah menurun.
Bisa kau bayangkan bagaimana jadinya bila pedagang sepi pembeli.
Akan banyak sayur, daging, kebutuhan pokok lain,
yang busuk begitu saja.
Paling tidak dikonsumsi pribadi.
Walaupun ujung-ujungnya tetap rugi.
Beberapa pegawai dipulangkan.
Di-rumah-kan dan tak tau bagaimana nasibnya ke depan.
Sedang di rumah ada orangtua, saudara,
istri, anak, yang harus dipenuhi kebutuhannya, diisi perutnya.
Sedang kebutuhan banyak orang harus dipenuhi,
pendapatan justru malah tak ada.
**
Sudah memasuki hari ke-... aku lupa hari ke berapa. Lagi pula menghitung hari bukan gayaku. Membiarkan hari begitu saja berlalu itu baru aku. Tak usah banyak pikir tau-tau sudah Minggu. Inginku Corona juga seperti itu. Tak perlu cemas apalagi takut, tau-tau wabah ini sudah lenyap dari bumi.
Percaya pada catatan maupun laporan resmi pemerintah sama saja seperti percaya kepada maling yang ahli menipu. Kekesalanku semakin memuncak saat tau bahwa wabah ini tak kunjung segera berlalu dan tau bahwa kebijakan baru (New Normal) sedang diterapkan di beberapa kota padahal angka positif corona sedang ngeri-ngerinya. Kebijakan yang aneh. Meskipun aku percaya kalau kebijakan itu sudah dipikirkan oleh mereka sebaik-baiknya. Kalaupun sial, kematian terjadi, tenang saja, tumbalnya hanya kita, rakyat biasa. Setidaknya mereka aman di balik fasilitas Negara.
Aku bukanlah salah satu dari mereka yang merengek-rengek menuntut agar wabah ini segera usai biar bisa nongkrong, main, dan kembali bersosialisasi. Aku bukan salah satu dari mereka. Aku sendiri bukan orang yang terlalu bersosialisasi. Namun kita semua sepakat bahwa kita benar-benar ingin agar bumi segera pulih dari wabah yang menjengkelkan ini.
Beberapa orang merasa hari berjalan begitu lambat selama masa karantina. Seharian hanya di dalam rumah, di dalam kamar, rebahan, makan, nonton drama, dan kalau lagi gila, ngitungin bulu ketek yang mulai panjang. Namun yang lainnya merasa kalau hari berlalu begitu cepat. Di rumah, hanya tidur, begitu bangun, tidur lagi, tau-tau sudah dini hari.
Jika corona itu seorang manusia, mungkin aku akan melempar kepalanya dengan gerobak sate madura. Biar dia tau apa itu rasa sakit. Corona cepatlah kau berlalu. Banyak nasib orang yang sudah kau ganggu.
Kalau Corona itu manusia, apa yang ingin kamu lakukan kepadanya?
Corona Benar-Benar Sudah Kelewatan
Reviewed by Rizali Rusydan
on
June 20, 2020
Rating:

No comments: