Komentar terbaru

Kosan Jahannam: Eno Si Jenius yang Malas



Bagi kalian yang belum baca cerita sebelumnya, bisa baca disini: Kosan Jahannam


**
Jadi, yang tinggal di kosan ini ada tujuh orang. Ada: Aku, Eno, Wildan, Rizqi, Jepri, Biyan, dan Tompul. Setiap orang punya keunikannya masing-masing. Wildan, misalnya. Bocah alim nan religius anti zinah zinah club. Biyan, si manusia ghaib yang bentar-bentar hilang dan gak tau ke mana. Dan juga Jepri, manusia kelelawar karena kehidupannya yang nokturnal. Dan masih banyak yang lainnya. Namun di kesempatan kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu temanku, yaitu: Eno.

Retno Aljumah, biasa dipanggil Eno. Mahasiswa Teknik Elektro asal Sumatera Utara. Dilihat dari namanya, sekilas seperti nama perempuan. Karena namanya mirip nama perempuan, mungkin lo mengira kalau dia orangnya lembut dan ramah. Sampai lo bertemu dan melihat aslinya. Dan di saat itulah kau sadar bahwa semua asumsimu salah. Enggak ada kesan lembut apalagi ramah di dirinya. Muka seram, sangar, bicaranya keras kek mau nagih utang. Sekilas dia lebih mirip preman terminal ketimbang mahasiswa.

Meski begitu, Retno adalah satu dari segelintir orang yang setelah lulus SMA tau mau masuk jurusan apa. Sewaktu di SMK, dia ngambil jurusan kelistrikan. Makanya ketika kuliah pilihannya pun jelas, Teknik Elektro. Gak mungkin kan, lulusan SMK kelistrikan pas kuliah ngambil jurusan tata boga. Lo enggak pernah kan, liat Chef Juna masak telor pake solder. Apalagi ngeliat Chef Renata manggang kue di atas panel surya.

Berbanding terbalik denganku yang selepas lulus SMA bingung mau masuk jurusan apa. Aku bersekolah di Madrasah. Di sana ada 4 jurusan: IPA, IPS, IPB (Ilmu Pengetahuan Bahasa), dan IA (Ilmu Agama). Apapun jurusan yang kau pilih, tetap akan ada pelajaran agamanya. Aku masuk di jurusan IPA. Meskipun jurusanku IPA, satu-satunya mata pelajaran yang kukuasai adalah Alquran Hadits bukan Fisika atau Matematika. Padahal harapan orangtua memasukkan anaknya ke madrasah agar ilmu agama dan dunianya seimbang. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Ilmu agama kudapat, ilmu dunianya jomplang, alias kosong.

Akhirnya aku memilih jurusan dengan cara yang paling random. Berdasarkan hobi. Berhubung waktu itu hobiku main game online, maka kupilihlah jurusan Teknik Informatika. Dengan harapan bahwa kuliahnya bakal seru kek main game online. Cuman butuh komputer ataupun laptop. Aku lupa kalau yang namanya kuliah itu juga butuh yang namanya otak


**
Di awal-awal semester ada mata kuliah yang namanya Kalkulus. Dan entah kenapa, tiap kali belajar kalkulus, rasanya aku mau mampus. Bahkan bisa dibilang kalkulus itu lebih rumit dan sulit dibanding matematika biasa. Kalau matematika itu ibarat manusia, kalkulus itu dajjal. Gak hanya di mata kuliah dasar seperti kalkulus, ternyata aku sama buruknya di mata kuliah dasar pemrograman.

Eno ternyata juga sama sepertiku. Dia juga mengalami kesulitan di mata kuliah dasar.  Namun ketika tiba saatnya belajar mata kuliah dasar Teknik Elektro, Eno berubah menjadi seorang yang jenius. Keahliannya soal kelistirkan patut diperhitungkan dan kalau perlu disembah. Dia begitu piawai dalam hal praktek apalagi jika itu menyangkut tentang listrik.

Karena keahliannya tersebut, enggak heran kalau dia sering dipanggil warga sekitar untuk benerin barang elektronik mereka yang rusak. Kipas angin mati, tv meledak, kulkas kurang dingin, serahkan semuanya ke Eno. Dia bisa memperbaikinya. Selain jadi mahasiswa, di desa tempatku tinggal, Eno juga dikenal sebagai mamang servis keliling.

Permintaan reparasi barang-barang rusak pun semakin meningkat. Hanya dalam waktu setahun, kamar eno berubah jadi kek toko rongsokan. Barang-barang elektronik bertumpuk di mana-mana. Mulai dari tv, kulkas, kipas, magic jar. Belum lagi kabel dan komponen-komponen kelistrikan yang bertebaran. Kamarnya pun mulai menjadi sarang nyamuk. Jadi jangan heran kalau sewaktu tidur di kamarnya bangun-bangun udah kena demam berdarah.

Namun di balik kepiawaiannya tersebut, Eno punya sisi lain yang tidak semua orang tahu. 

Pertama: kalau tidur kek mayat.

Eno punya kebiasaan untuk selalu minta dibangunin pagi. Namun ketika tiba saatnya dibangunkan, mulai dari cara yang halus seperti mengetuk pintu kamar, sampai menggoyang-goyangkan badannya, dia tetap saja diam dan tak bergerak. Selama hidup di dunia,  baru kali ini aku ngeliat ada manusia yang kalau tidur kek mayat. Diam, enggak bergeming sama sekali. Dia bangun kalau ingat doang. Jadi kalau suatu waktu dia lupa bangun, maaf sekali kawanku, pastilah di saat itu dia meninggal. Kalau ada daftar pekerjaan paling mustahil di dunia maka salah satunya adalah membangunkannya.

Kedua: suka numpuk piring dan gelas kotor.

Kalau di dunia ini ada lomba menumpuk piring dan gelas kotor, aku yakin Eno yang bakal jadi juaranya. Dia sepertinya terlahir dengan bakat menumpuk piring dan gelas kotor.

Di postingan sebelumnya, aku pernah bilang kalau ibuk kosku itu galak. Hobinya marah-marah dan merepet. Nah, salah satu pemicunya ya, si kamfret ini.

Jadi, dapur kosan kami dan ibuk kos ini nyatu. Kami berbagi mulai dari kompor, periuk, panci, gas, dan peralatan dapur lainnya. Makanya sehabis menggunakan dapur maupun peralatannya, wajib hukumnya untuk segera membersihkannya. Namun semua itu tidak berlaku bagi Eno, si jenius namun pemalas yang sukanya numpuk piring dan gelas kotor.

Setiap pagi, ibuk kosku punya kebiasaan untuk ngerebus air. Jadi sering tuh, enggak ada angin enggak ada hujan, tiba-tiba terdengar suara ibuk kos banting-banting panci. Kirain mau bangunin sahur, tapi kan ini bukan pulan puasa. Taunya, beliau kesel karena tiap kali mau masak air, panci untuk merebus airnya suka hilang. Kalau enggak hilang, kotor belum dicuci. Usut-punya usut, ternyata pancinya sering berada di teras kamarnya Eno. Seperti yang kubilang sebelumnya, Eno ini punya bakat untuk menumpuk benda-benda kotor. Makanya kalau ada piring, gelas, panci yang hilang, periksa aja kamarnya. Pasti ketemu.

Dan itu kejadiannya enggak sekali, tapi berkali-kali. Sangking kesalnya, ibuk kosku sampe beli panci baru. Mungkin yang ada di pikirannya, seandainya panci yang satu masih ditumpuk atau masih kotor, dia masih bisa pakai yang satunya. Percuma, Karena lain hari enggak hanya satu, tapi dua-duanya, panci tersebut ditumpuk di teras kamarnya. Dan itu membuat ibuk kos jadi semakin menjadi-jadi.

Percuma lo jenius kek Albert Einstein, Nikola Tesla, Thomas Alva Edison, kalau habis makan, ujung-ujungnya keracunan karena bakteri yang numpuk di piring yang udah lo tumpuk selama berbulan-bulan. Percuma lo jenius kalau ujung-ujungnya gara-gara kebiasaan hidup lo yang kotor, selangkangan lo kena panu, kadas, kurap. Karena seumur hidup, aku belum pernah baca berita kalau Albert Einstein kena panu. Apalagi Nikola Tesla suka galer (garuk peler) karena scabies. Untuk apa jadi jenius, kalau ujung-ujungnya tewas secara mengenaskan karena keracunan dan selangkangan yang kutuan. Lo enggak mau kan, pas mati nanti jadi berita di line today: "Ditemukan seorang mahasiswa jenius ini tewas karena penyakit gatal-gatal di selangkangan." Gak, itu enggak elit banget.

Makanya sekarang aku enggak heran kalau dengar ibuk kosku marah pagi-pagi. Kalau enggak karena parkiran motor yang kotor, pasti  karena tumpukan piring kotor Eno.
Kosan Jahannam: Eno Si Jenius yang Malas Kosan Jahannam: Eno Si Jenius yang Malas Reviewed by Rizali Rusydan on October 18, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.