Komentar terbaru

Kosan Jahannam


Pertama kali denger kata Lampung, satu kata langsung terbesit di kepalaku, "begal". Maklum, saat itu aku masih tolol. Dulu, aku berpikir kalau Lampung itu markasnya penjahat, begal dan sarangnya penyamun. Pokoknya semua hal buruk ada di sana. Dan ya, sekarang aku berkuliah di sana--di salah satu kampus negeri di Lampung. Sepertinya aku kena 'tulah' dari ucapanku

**. 
Hari itu pengumuman Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diumumkan. Sebagai siswa yang kerjanya cuma makan gorengan di kolong meja selama kelas, aku pesimis dengan pengumumannya. Meski begitu, aku percaya dengan keberuntunganku. Karena biasanya orang bodoh itu hokinya gede. Dan benar aja, pas kulihat hasil pengumuman, aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Lampung. Semua itu bukan karena usahaku melainkan hanya keberuntungan semata .

Dari situ, aku mulai menyiapkan semua barang yang nantinya akan kubawa. Karena tak lama setelah pengumuman itu, aku sudah harus tiba di sana untuk mengikuti daftar ulang di kampus. Sempat muncul keraguan sebelum aku pergi ke Lampung. Bagiku, Lampung itu markasnya penjahat, begal dan sarangnya penyamun. Maka dari itu, setibanya di Lampung, prioritas utamaku adalah mencari tempat tinggal.

Beruntungnya, enggak jauh dari kampus, ada pemukiman warga. Mungkin sekitar 2 kilometer jauhnya. Di sanalah aku mencari kos-kosan. Setelah nyari sana-sini, akhirnya aku nemuin sebuah kosan yang menurutku pas. Pas lokasinya dan yang terpenting pas harganya. Kosan Pak Midun, namanya. Ingat ya, Pak Midun bukan Madun.

Kosanku ini ukurannya kurang lebih 3 x 3 meter. Cuma muat untuk satu lemari, satu kasur, dan satu meja belajar. Cukup sempit sebenarnya kalau dijadikan tempat tinggal. Mana posisinya di antara dua kamar mandi lagi. Sebelah kiri dempetan sama kamar mandi utama, sedangkan kanannya dempetan sama kamar mandi kecil yang cuman khusus untuk mandi. Bagiku yang penting itu murah bukan nyaman. Mau kamarku bekas kandang biawak, bekas timbunan septic tank, aku enggak peduli. Yang penting murah.

Serunya tinggal di kamar ini, lo bakal dapetin pengalaman baru yaitu: mendengar suara orang ngeden pas lagi berak. Jadi lo bisa bayangin gimana resahnya aku setiap pagi dengeirn suara temanku ngeden pas lagi berak.

Awalnya risih. Siapa yang enggak risih kalau tiap pagi denger suara orang ngeden. Belum lagi sehabis ngeden, biasanya bakal muncul tuh suara-suara brutal lainnya. Biasanya suara-suara brutal ini muncul sebagai tanda bahwa tokai yang sudah lama dinanti tidak lama lagi akan segara meluncur keluar menuju lubang wc di bawahnya, plunggg.  Tiga bulan tinggal di kamar jahannam ini, dan aku mulai terbiasa. Sekarang, semua itu udah jadi rutinitasku setiap pagi kalau lagi sial. 

Pernah ada satu kejadian yang buatku trauma.

Siang, kira-kira pukul 11. Sebagai mahasiswa yang terbiasa bangun siang, jam 11 kuanggap sebagai waktu yang tepat untuk bangun pagi. Selepas bangun, beres-beres, aku pun pergi beli sarapan. Menu sarapan pagi andalanku adalah nasi uduk orek tempe dan telur sambal. Murah, enak, dan yang penting banyak. Nasi uduh orek tempe selalu jadi menu andalan bagi mahasiswa melarat sepertiku.

Setibanya di kosan, aku langsung mengambil sendok dan piring, bersiap untuk sarapan.

Pas lagi enak-enaknya makan, dari dalam kamar mandi tiba-tiba terdengar suara desahan seseorang ergggh... lalu disusul prettttt.... prettttt.... brotttt... plunggg... dan diakhiri dengan ucapan: "ahhhh lega". Aku yang saat itu lagi makan seketika langsung terdiam. Dan kau tau, siapa dalang di balik tindakan biadab ini? Dia tak lain tak bukan adalah Rizqi, teman satu kosanku. Dan yang barusan itu adalah suara dia ngeden pas lagi berak. Pagiku yang tadinya indah berubah jadi bencana. Meski kesal, aku kembali melanjutkan makan. Aku tau itu menjijikkan. Tapi sayang aja kalau mesti dibuang. Daripada dibuang, lebih baik dihabiskan. Derita mahasiswa miskin--tetap  makan walau sedang mendengar suara temannya lagi berak.

**
Kosan ini benar-benar jahannam. Selain kamarku yang sempit, ibuk kosanku juga galak. Udah gitu hobinya ngomel lagi. Kalau dia udah ngomel, rasanya kek ngekos di tengah-tengah studio Mata Najwa. Berisik! Kalau lo buat satu kesalahan, bisa-bisa dia ngomel selama satu jam. Dua kesalahan, maka ngomelnya bisa dua jam. Kalau di kos itu kami semua ngelakuin kesalahan, bisa-bisa sampe kiamat, bahkan sampai Dajjal turun ke bumi pun, mungkin ibuk itu masih belum selesai ngomel. Padahal cuman hal-hal remeh, tapi caranya merepet udah bisa buat orang mental illness. Karena bagi ibuk kosku, ngomel itu passion.


Lain waktu aku bakal cerita tentang ibuk kosku. Selamat membaca semoga suka!
Kosan Jahannam Kosan Jahannam Reviewed by Rizali Rusydan on October 13, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.