bahkan hampir tidak pernah menunjukkan
apa yang kumakan. Kau tau mengapa?
Bagiku itu tak perlu.
Aku selalu ingat pesan ayahku,
"Kalau tak ingin memberi, makanlah sembunyi-sembunyi.
Jika tak ingin diminta, jangan tunjukkan apa yang kau makan."
Takut, mereka yang lihat ingin,
sedangkan kau tak berniat untuk berbagi.
Tidak penting.
Apapun yang kumakan, bagaimana bentuknya, rasanya,
pada akhirnya semua itu akan menjadi tai.
Dan aku tidak mau memamerkan sesuatu
yang ujung-ujungnya hanya jadi tai.
Itu bukan aku.
Makan, memakan, makanan,
bukan sesuatu yang membanggakan hingga harus dipamerkan.
Semua orang di belahan bumi manapun melakukannya.
Jika kau lapar, kau makan.
Lalu kenapa ketika lapar, bukannya segera makan,
kau malah sibuk memotret, merangkai caption,
lalu membagikannya di social media.
Sebelumnya hidup sederhana.
Jika lapar, makan.
Bukan potret lalu bagikan,
Jika memamerkan makanan di social media
menurutmu adalah sebuah kebahagiaan, lakukan.
Namun ada yang perlu kau ingat.
Mereka yang bahagia tak butuh pengakuan.
Mereka yang bahagia justru lebih menikmati apa yang ada di hadapannya.
Makanan yang tersaji, momen yang sedang ia alami.
Justru sekarang aku menanyakan kebahagiaan yang selalu kau bagikan.
Apa benar itu kebahagiaan atau jangan-jangan hanya tuntutan sosial?
Kebahagiaan itu ghaib.
Selalu ada namun sulit dirasakan.
Dan kalau ada yang mengatakan dengan pamer membuatnya bahagia,
ah itu cuma akal-akalannya saja.
Dia hanya sedang kesepian makanya butuh perhatian.
Mengapa Aku Tidak Suka Memamerkan Apa yang Kumakan
Reviewed by Rizali Rusydan
on
February 08, 2021
Rating:
True. ❤❤🤗
ReplyDeleteTau dari twt!
Kamu mikirin hal yang sama juga?
ReplyDeleteMakasih loh, udah sempetin baca dan komentar.
Salam kenal!