Ramadan. Bulan kesembilan dalam tahun Hijriah. Bulan yang selalu dinanti oleh setiap umat muslim. Umat muslim di seluruh penjuru dunia akan dengan suka cita menyambut datangnya bulan yang suci ini. Di beberapa daerah bahkan memiliki tradisi "Punggahan" atau pesta makan-makan yang hanya diselenggarakan khusus untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Ramadan, bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan penuh kasih sayang.
Ramadan memang selalu disambut meriah setiap tahunnya. Selama Ramadan, banyak sekali gerai makanan bermunculan, berjejer di pinggir jalan. Dan tak hanya itu, iklan sirup di televisi juga mulai bersliweran. Gampang saja menandai datangnya bulan Ramadan. Jika kau lihat iklan sirup mulai sering muncul di iklan, itu pertanda kalau Ramadan sudah dekat. Namun, di balik kemeriahan itu semua, pasti ada saja di antara kita yang merayakannya secara berlebihan. Biasanya mereka adalah orang yang sama, yang selalu berlebihan saat merayakan tahun baru, yang sering mengumbar janji-janji maupun resolusi. Mereka pikir dengan mengumbar resolusi di social media sudah cukup untuk membuatnya menjadi orang yang produktif. Tentu tidak.
Hal yang sama mereka lakukan ketika bulan Ramadan. Menjelang Ramadan, biasanya mereka akan sibuk membuat resolusi. Resolusi-resolusi seperti: rajin sholat ke masjid, rutin tadarus, tidak ghibah, rajin olahraga, menghindari perbuatan yang menimbulkan dosa, dan fokus untuk melakukan kegiatan produktif lainnya. Yang pada akhirnya itu semua berakhir menjadi omong kosong semata.
Makanya jangan heran saat melihat masjid penuh sesak di malam pertama. Di malam pertama, semua orang berebut ingin taraweh di masjid, bahkan ada yang sampai bela-belain sholat di teras karena tidak kebagian tempat. Selama bulan Ramadan, khususnya di sepuluh hari pertama, masjid yang sebelumnya kosong melompong, berubah jadi ramai. Sajadah-sajadah digelar di sepanjang lorong. Meskipun sudah banyak sajadah yang digelar, tetap saja semua itu masih kurang.
Namun semua itu hanya bertahan di sepuluh malam pertama. Di malam-malam berikutnya, malam kelima belas, apalagi sepuluh malam terakhir: malam ke dua puluh sampai akhir Ramadan, masjid yang sebelumnya penuh sesak, kembali jadi kosong melompong. Kembali menjadi sebagaimana biasanya. Padahal malam Lailatul Qadar, malam yang selalu dinanti selama bulan Ramadan, malam yang lebih baik daripada seribu bulan, hadir di sepuluh malam terakhir. Saat malam itulah nanti setiap amalan yang kau lakukan akan digandakan berkali-kali lipat. Pintu ampunan dibuka lebar dan hidayah pun diberikan.
Meski begitu, faktanya masjid masih tetap saja kosong melompong. Ke mana perginya mereka yang rajin beresolusi pergi?
Ramadan itu soal konsistensi. Kau boleh beresolusi tinggi-tinggi, tapi jangan sampai lupa untuk aksi. Kenyataannya, yang banyak terjadi hari ini adalah kita sering beresolusi sampai lupa untuk beraksi. Ingin bertaubatlah, rajin sholatlah, rutin tadaruslah, memperbanyak amalan, bla bla bla yang pada akhirnya semua itu tidak terlaksana. Biasa saja. Gak usah muluk-muluk. Mulai aja dulu dari hal-hal kecil dan sederhana. Rutin sholat di masjid, misalnya.
Selama kita konsisten melakukan hal baik, percayalah, perbuatan baik lainnya akan mengikuti. Di Ramadan kali ini, untuk soal ibadah, sebisa mungkin kita harus konsisten. Jika malam pertama taraweh di masjid, kalau bisa sampai malam terakhir tetap begitu. Bahkan kalau bisa malah semakin meningkat. Yang biasanya hanya sholat taraweh di masjid, bertambah amalannya menjadi tadarus. Jangan hanya anget-anget taik ayam. Di awal semangat, di akhir melempem.
Meskipun aku tau bahwa keimanan seseorang itu terkadang naik, kadang juga turun. Kadang rajin, kadang juga malas. Kadang sangking malasnya, melangkahkan kaki untuk sholat berjamaah di masjid aja rasanya berat. Keimanan seseorang memang naik turun. Itu wajar. Memang begitu dinamikanya. Namun jangan sampai turun naiknnya iman kau jadikan kambing hitam untuk meninggalkan ibadah. Perkara imanmu yang sedang naik-turun, ibadah-ibadah wajib yang biasa kau kerjakan, malah kau tinggalkan. Jangan. Merasa malas, jenuh, saat imanmu sedang naik-turun, itu biasa. Tapi usahakan hal tersebut jangan sampai membuatmu meninggalkan kewajiban.
Ramadan itu soal konsistensi bukan resolusi.
#RamadanSesat Ramadan Itu Soal Konsistensi Bukan Resolusi
Reviewed by Rizali Rusydan
on
April 27, 2021
Rating:
No comments: