Kali ini mau ngeposting tentang pengalamanku saat melakukan ritual yang menurut anak-anak kecil ini adalah ritual yang paling menakutkan.
Walaupun kali ini judulnya "Balada Sunatan si UCOK", bukan berarti namaku adalah Ucok. Namaku tetap: Rizali Rusydan, bukan Ucok.
Ucok merupakan nama samaran titit ku saat masih kecil dulu.
Sunat adalah ritual yang sangat ditakutin oleh anak-anak. Gak jarang, ketika anak-anak yang sudah disunat bakalan mendapatkan status yang tinggi diantara kawan-kawan bermain nya yang belum sunat. Dan gak jarang seorang anak yang sudah disunat bakalan dianggap sangat gentleman, oleh kawan-kawan nya juga. Karena waktu itu aku masih seorang anak kecil yang sangat polos dan belum tercemar oleh para vampire FTV, yang kamfret.
Aku mudah percaya dengan kata-kata teman ku kalau sebenarnya sunat itu menyakitkan.
" Sunat itu nanti tititnya bakalan disuntik."
"Kamu harus cepat-cepat sunat karena kalau enggak nanti tititmu udah alot (Keras). Kalau udah alot nanti disunat pakai kampak, kamfret."
Karena banyak tanggapan yang udah masuk di telinga, akhirnya aku memutuskan kalau saat libur kelas 5 SD buat sunatan.
Setelah berbincang dengan emak kalau aku pengen sunat, emak langsung heboh dan sangat antusias setelah mendengar ajakan ku tersebut.
Aku sunat karena aku merasa minder saat ganti baju olahraga bersama teman-teman ku. Saat ganti baju olahraga sekolah biasanya yang sudah sunat bakalan pamer titit kepada kawan yang sudah ataupun belum sunat. Cuman mau buktikan kalau sebenarnya sunat itu keren. Aku yang belum sunat cuman bisa puas saat melihat keadaan tititku yang saat itu berbentuk "Belalai Gajah".
**
Setelah berhasil menentukan tanggal sunat dan tempat lokasinya, akupun langsung mempersiapkan mental sebagai jaga-jaga takutnya saat disunat besok, aku bakalan koma 3 hari.
Gak terasa hari potong titit pun (sunat) tiba.
Aku yang dapat nomor antrian pasien kedua, hanya bisa bersabar menunggu pasien pertama yang kebetulan saat itu sedang sunat juga. Sayangnya saat proses sunat berlangsung, si pasien pertama tersebut menjerit sejadi-jadinya karena menahan rasa sakit saat tititnya disunat. Lantas setelah mendengar jeritan tersebut, sisi parno' ku muncul. Aku berimajinasi kalau saat itu, pasien pertama tersebut sedang disunat menggunakan gergaji mesin. Imajinasiku tersebut langsung ku hentikan karena membuat aku sendiri jadi makin takut.
Selang beberapa menit akhirnya pasien pertama tersebut selesai juga. Saat keluar dari ruangan tersebut, aku melihat kalau si pasien pertama tersebut sangat berkeringat. Mungkin, sebelum sunat si pasien tersebut disuruh lari-lari di dalam ruangan sunat tersebut selama 2 jam tanpa berhenti, makanya sangat berkeringat.
Namaku akhirnya dipanggil buat melaksanakan ritual sunat tersebut.
Saat itu aku bukan langsung disuruh buat berbaring dan langsung disunat pakai gergaji mesin, melainkan si dokter menyuruhku duduk disamping nya sambil menanyakan beberapa pertanyaan.
'Kamu kok mau sunat, sunat itu kan sakit?'
'Saya malu dok, karena teman-teman saya sudah sunat semua'
'Wah... bagus dong kalau kamu malu dan udah mau disunat atas kemauan mu sendiri.' Sambil senyum kearah ku.
'Oh... iya dok sunat itu kan katanya dibius, dibius itu sakit gak?'
'Gak ah... biusnya itu rasanya macam digigit semut kok.'
Setelah mendengar kata-kata si dokter kalau dibius itu rasanya seperti digigit semut, aku jadi berani karena aku tahu, kalau titit ku tahan dengan 1 ekor gigitan semut.
Waktu yang ditunggu pun tiba-tiba.
Dokkter yang daritadi sedang memasukkan cairan bius kedalam suntik, langsung manggil si suster buat jadi asisten nya.
Walau mendengar kata-kata si dokter kalau sunat dan dibius itu gak sakit, aku kembali bertanya dengan keadaan yang sangat pasrah, karena kaki ku dipegang oleh orangtuaku, jadinya aku gak bisa bergerak dengan bebas.
'Dok... bius itu rasanya memang kayak digigit 1 ekor semut kan dok'
Kali ini dia menjawab berbeda.
'Iya... tapi, bukan 1 ekor, melainkan 1 kampung semut.'
Kamfret... berarti ini dokter sengaja mengatakan yang manis-manis diawal, tapi asem diakhir, dengan tujuan supaya gak takut dan kecewa saat menjalani prosesnya.
Layaknya sebuah hubungan yang manis diawal dan asam diakhir.
Mau lari atau pura-pura kejang biar sunat dibatalkan, gak bisa.
Mau teriak-teriak sambil keliling rumah sakit, juga gak bisa.
Karena gak bisa berbuat banyak, akhirnya aku pasrah.
Saat proses sunat tersebut, ternyata tidak memakan waktu yang lama dan saat proses tersebut aku gak merasakan tersakiti sedikitpun.
Akhirnya operasi potong pucuk berhasil.
Sampai di rumah, aku langsung memakai celana sambil keliling-keliling komplek, cuman buat mastikan ke tetangga kalau aku seorang anak yang gentleman karena tidak takut disunat. Benar! Setelah disunat, akupun mendapat status khusus dalam pergaulan antar anak-anak sekomplek ataupun se-sekolah.
Dan disaat sunat juga akupun mendapatkan banyak uang pesangon (jajan) dari berbagai tamu-tamu yang datang buat menjenguk dan melihat keadaan ku. Tapi, malunya pas didatangin sama tamu yang berjenis kelamin perempuan, dan umurnya sebaya lagi, kamfret.
Rasanya sangat memalukan. Untung saja saat bertamu dia tidak melihat tititku yang biasanya aku krangkengin (dikurung) pakai tudung saji biar gak dilalerin. Seandainya dia melihat ku dalam posisi seperti itu, rasanya aku pengen bunuh diri sambil minumin molto.
Dengan sunat juga aku mendapatkan pelajaran dan ilmu pengetahuan.
Soalnya kalau udah sunat biasanya anak-anak yang belum sunat bakalan sholat di shaf belakang, sedangkan yang sudah sunat bisa sholat di shaf depan. Karena sudah sunat, saat masuk sekolah nanti, aku gak perlu gengsi saat ganti baju. Soalnya aku udah bisa bangga karena titit ku yang dulu mirip dengan belalai gajah, berubah drastis.
Jadi kesimpulan nya, Buat para pembaca yang gak ada uang dan kebetulan belum sunat, cepat gih... langsung aja biar dapat banyak duit.
Dan buat pembaca yang udah sunat, tapi gak ada duit, bisakali ikut sunatan yang kedua kalinya biar makin banyak duit.
Balada Sunatan si "UCOK"
Reviewed by Rizali Rusydan
on
March 22, 2015
Rating:
wkwkwkwkwk.... langsung keliling komplek ya gan....
ReplyDeletebiar lebih afdol gan...!
Deletepas habis sunat berasa jadi raja, nongkrong depan rumah.
ReplyDeletebener banget hahaha
Deletecie langsung pamer keliling komplek, gue ngabayangin lu jalan sambil pamerin tititnya ke orang-orang di komplek xD
ReplyDeleteGak gitu juga kali -__-
DeleteHahhaha.... jd inget suamiku...dulu dia pas sunat di Jerman, krn mertua masih tugas di sana... nah kalo di Jerman itu, dokternya bakal ngasih semacam buku yg isinya, model2 bentuk titit setelah di sunat wkwkwkwk...suamiku yg disuruh milih lgs bengong, dan akhirnya nyuruh papa mertua utk milihin modelnya :D...
ReplyDeletebah canggih kali itu jerman. Bisa gak aku mesen model bonsai terbaru, kalau bisa aku mau kedua kalinya nih sunat. Oh iya kalau ke jerman ajak-ajak dong mbak, jadi tukang bawa koper pun jadi :v yang penting bisa nengok dan masuk ke stadion borussi dortmund, signal iduna park
Delete