Sebenernya
aku males ngeluh-ngeuh tentang permasalahan yang aku jalani dalam
hidup. Semua masalah yang aku hadapin itu kuanggap biasa. Lagipula,
itu melenceng dari cita-cita blogku jika aku menulis semua keluhanku di dalamnya. Aku
gak mau ntar pandangan para pembaca blogku (kalau ada yang baca, sih) yang
tadinya ngira blog ini buat lucu-lucuan jadi berubah. Tapi terkadang aku sadar,
masalah yang aku anggap biasa lama-lama bisa berubah jadi luar biasa
kalau di diemin seperti masalah yang satu ini nih...
Jadi
gini, udah 10 tahun aku tinggal di sebuah komplek yang ada di
pinggiran kota. Berarti bisa dibilang dari tahun 2005 aku udah netap
disini. Dari yang tadinya ini komplek sepi banget kayak kuburan,
berubah jadi padet banget kayak sekarang. Banyak perubahan yang
terjadi di komplek ini dalam kurung waktu 10 tahun, bukan cuman
komplek, tapi juga termasuk perubahan buat aku sendiri. Dari yang
tadinya suka kencing sambil lari keliling komplek, sekarang udah
berubah, jadi kencing sambil jalan jongkok keliling komplek.
Gak
hanya itu, tetangga-tetangga
disamping rumah pun silih berganti. Maklum, di samping rumahku masih banyak rumah yang disewakan. Aku udah lupa berapa kali ganti tetangga
samping rumah. Bahkan, rumahku juga ikutan berubah. Dari yang tadinya
aku tinggal di BLOK AU-02, tepat pada tahun 2010, aku pindah
ke sebuah rumah yang letaknya di BLOK AU-01. Berarti bisa dibilang
aku cuman pindah kesamping rumahku yang dulu. Aku gak tau alasan
bapak kenapa memindahkan kami ke samping rumah. Apa jangan-jangan ini
gara-gara Sofi (adek perempuanku) yang kesempitan karena kamarnya
dimonopoli terus oleh kakak-kakaknya yang jahat.
Rumahku
yang AU-01 itu letaknya diujung dan di pertigaan jalan dari blok
lain. Walaupun cuman pindah ke samping rumah, otomatis kami punya
tetangga baru yang letaknya disamping dan dibelakang rumah.
Kebetulan, di samping rumah ada sebuah rumah sewa yang tiap tahun
berganti terus pemiliknya. Awalnya sih, aku biasa-biasa aja melihat rumah itu gonta-ganti pemilik, tapi sampai akhirnya, setelah beberapa kali ganti
tetangga, datanglah sebuah keluarga yang nantinya merubah suasana
siangku yang seperti surga menjadi seperti neraka.
Tetangga
baruku itu pindah sekitar tahun 2014. Mereka pindah dengan membawa
kesan damai dan terlihat bersahabat. Anak-anaknya pun masih
kecil-kecil. Walaupun masih kecil, tapi kadang agak nyebelin. Karena
tiap pagi, anaknya selalu keluar rumah dan
berdiri diatas parit. Apa yang sedang dia lakukan? Yak! Dengan rasa tidak bersalah dia mengeluarkan tititnya lalu spontan saja air kencingya langsung bercucuran keluar. Kadang dia pipis sambil berdiri,
kadang pipis sambil berdiri tapi pinggulnya digoyang-goyang
seakan-akan ingin membuat bacaan dari air pipisnya, kadang dia juga
gak kelihatan pipis karena aku tangkep dan aku pipisin.
Keluarga
tersebut bisa dibilang keluarga yang hmmm... bukan maksud mau ngina,
tapi keluarga tersebut bisa dibilang tergolong ekonomi yang berada di bawah standard. Anaknya yang
banyak, sepertinya berbanding kebalik dengan penghasilan yang ada.
Alhasil, terancamlah kebutuhan makan mereka.
Kepindahan
mereka awalnya gak ngaruh apa-apa buat aku. Tapi, karena jumlah anak
yang banyak berbanding terbalik dengan uang yang ada, kegaduhan pun
sering terjadi tiap kali menjelang siang.
Awalnya,
tangisan. Oke, gapapa kok cuman tangisan pikirku. Lanjut beberapa
minggu setelah itu, tangisan + umpatan. Oke, masih wajar, mungkin
anaknya nangis sambil resek ngacun-ngacungin parang ke orangtuanya. Terakhir
(yang terjadi sekarang), nangis + umpatan + makian. Oke, sampe sini
kurang ajar. Emang dia aja yang punya mulut sama telinga.
Kebiasaan
gaduh, maki2 an itupun terus-menerus berlanjut dan lama-lama membuatku muak karena itu sangat mengganggu siang
hariku. Setiap pukul tiga siang, kegaduhan pun selalu terjadi.
Cakap
kotor, makian yang gak mendidik pun keluar dari mulut ibuk itu “Dasar
kalian anak panu... kadas... kurap... anjiang... babiang... banteng
bunting... jerapah lesbi...” Semua
binatang yang ada di kebun binatang pun tak luput keluar dari mulut orangtuanya. Mungkin si ibuk sudah gila atau memang daridulu udah gila. Dia gak nyadar apa, tiap
kali nyamain anaknya dengan binatang, berarti dia juga sama, induknya
binatang. Berarti, tiap kali dia maki anaknya anjiang... babiang
itu
sama aja, berarti dia induknya anjiang
dan babiang.
Kadang
juga si ibuk ngucapin alat kelamin ke anaknya yang seharusnya kalimat-kalimat seperti itu tidaklah pantas diucapkan bagi seorang ibu untuk memarahi anaknya yang nakal seperti: “
Memanglah kalian anak contol... pepsi... kayak contol...” Aku gak tau apa faedahnya ngomong gitu. Bahkan saat
suasana udah lebaran gini pun masih terjadi -__-
Coba
kita hitung, jika dia maki-maki an dalam waktu 15 menit dalam sehari. Mari kita jumlahkan jika dia melakukannya selama seminggu. jika seminggu maka, 7x15= 135, kita kalikan jika itu sebulan
30x15= 450, kalau setahun 365x15= 5475 menit. 5475 menit= 91,25 jam.
Bayangkan men, dalam waktu 91,25 jam, hidupku cuman dihabiskan buat
denger cacian alat kelamin dan segala jenis hewan,
astagfirullahhhh.....
Begitulah menit-menit yang suram yang aku jalani dalam hidup. Sepertinya,
semakin dewasa seseorang belum tentu semakin dewasa pola pikirnya.
Anak itu titipan tuhan, bukan bencana tuhan. Seharusnya kita ngejaga,
ngerawat, dan memarahi bila perlu tapi masih dalam batas yang wajar.
Dari
mereka aku belajar kalau gak semuanya pantas menjadi orangtua. Berkat
dia, aku jadi tau kalau kemiskinan bisa menjadi faktor pemicu
rusaknya rumah tangga dan anak-anaklah yang menjadi korban. Gara-gara
melihat mereka, aku jadi semakin semangat dan termotivasi untuk
kedepannya serius belajar untuk menggapai cita-cita agar nantinya terhindar
dari jurang kemiskinan dan krisis moral.
Mungkin sekian dulu yang bisa aku tulis, babay~~
Ampuni Aku Tuhan.....
Reviewed by Rizali Rusydan
on
July 31, 2015
Rating:
kadang, ekonomi bisa menjadi alasan kenapa kita harus berbuat seperti ini dan itu :(
ReplyDeleteIya, bener. Aku juga setuju
DeleteYa tuhan, ampuni dia ya ...
ReplyDeleteSemoga dia diampuni
DeleteAPAAN ITU AMPUS BON??! Nggak kepikiran deh :D
ReplyDeleteKok pepsi sih? Astaghfirullah, gue gagal paham nih :( Tapi kok si ibu begitu amat yak sama anaknya. Lupa rasanya mual-mual waktu hamil kali
Mungkin waktu hamil dia mualnya keluar bakso, wajar lupa.
DeleteTelita sekali menjelaskan semuanya :D
ReplyDeleteHA HA HA
Deletecoba deh pas tetangga lo pipis diparit sambil goyangin pinggul, lo sambit pake golok, pasti gak bakal diulangi lagi.. :v
ReplyDeleteYaelah, yajelas gak diulangin wong kepalanya udah putus kena sambit -__-
Deletehemm sungguh terlalu
ReplyDeleteGa ditegur tuh tetangganya?jangan sampe nti ada kasus angeline sblh rumahmu loh...ntar yang di bully ga emaknya doank tp tetangganya juga kecipratan amukan netizen "itu kenapa tetangganya diem aza? #masuk TV > Famous gara2 gtuan :))
ReplyDeletesudah pernah ditegur mbak dua kali tapi yagitu, masih diulang lagi. kalau netizen mah bebas, semua bisa ditubirin padahal blm tentu tau masalahnya hihihi :D
Delete