Gak terasa udah liburan semester
ganjil lagi. Setelah menunggu selama dua minggu dan melewati ujian yang sulit,
akhirnya hal yang dinanti kini pun tiba. LIBUR SEMESTER GANJIL IS COMING!!!
Oh iya, Aku cuman mau ngasih tau, kalau
liburan semester ganjil kali ini aku gak kemana-mana, di kos doang. Emang miris
sih, tapi ya.. ini opsi terbaik ketimbang harus libur ke Jakarta seperti tahun
lalu.
JAKARTA.
Kalau ngomongin soal Jakarta, pasti
yang dipikiran kita itu sebuah kota yang besar. Kota yang menjadi kota paling
istimewa karena kota ini juga menjadi ibukota negara kita. Semua orang juga tau
kalau Jakarta tempat yang asyik, semua orang juga tau kalua Jakarta itu salah
satu surganya dunia, dan semua orang juga tau kalua Jakarta tempat liburan yang
pas bagi orang desa yang belum pernah melihat monas secara langsung. Tapi
bagiku, Jakarta hanyalah kota biasa seperti kota-kota lainnya, yang memiliki
banyak masalah dan hanya besar “Nama” saja.
Tahun lalu aku ke Jakarta. Tujuanku
kali itu selain liburan, juga mau ngunjungi sepupu yang udah lama gak jumpa.
Setibanya di Jakarta, aku langsung mencari alamat tempat sepupuku tinggal.
Syukurlah, hari itu dia libur, Mas Imam, begitulah aku memanggilnya, menjemputku
di tempat janjian. Kami pun berjalan menuju kosan-nya.
Kosan di Jakarta aneh-aneh ya. Dari
luar kelihatan seperti rumah mewah, namun ketika kita masuk, dan lewat melalui
tangga, barulah, wujud sebenarnya kelihatan. Tepat di lantai dua ini, kamar-kamar
berjejer. Jika dilihat dari luar rumah, pastilah tidak ada yang tau. Namanya
juga Jakarta, bukan kotanya aja yang bagus, kos-kosannya juga ikutan bagus.
Kelas bisnis punyala, beda kelas dengan kosanku. Fasilitasnya kalua
dibandingkan dengan kosanku, bagai langit dan cacing tanah, jauh banget
bedanya. Kamar mandinya, wih… pake shower, luas kayak lapangan futsal. Mau
golek-golek seharian di kamar mandi pun betah rasanya. Gak seperti di kamar
mandi kosanku, tau sendirilah gimana keadaan kamar mandi yang isinya cowok
semua. Tempatnya sempit, lampunya remang-remang, dan banyak ember-ember di
pojokan. Di kamar mandiku juga ada penghuni tetap namanya “Pak Kecoak”. Sudah
menjadi hal biasa, disaat sedang boker si Pak Kecoak berkeliaran. Mungkin
sangking seringnya dia nongol, dia sampe hafal giliran siapa aja yang boker.
Kalau giliranku yang boker, maka si Pak Kecoak gak banyak tingkah, gak mau
terbang, karena ditiap kali dia terbang, aku selalu megang gayung dan ketika
dia mendekat “Plappp” langsung aku
tampol pake tuh goyang. Mamam noh, gayung anak kos-kosan. Mungkin inilah alasan
kenapa bapak kos membuat kamar mandi kami gak ada showernya.
Sewaktu liburan di Jakarta, rata-rata
aku habiskan waktu untuk jalan-jalan ngelilingi Jakarta sendirian. Untungnya
letak kos-kosannya ideal. Dekat dengan Mall Semanggi, Senayan City, dan FX
SUDIRMAN tempat dedek-dedek gemes JKT48 selalu tampil.
Hidup di Jakarta serba simple dan
enak. Mau kemana-mana, ada go-jek. Mau makan? Ada warteg. Kalau malas makan di
warteg? Masih ada Sevel (Seven Eleven). Semua kemudahan sepertinya ada di
Jakarta dan pastinya banyak orang yang merasa dimudahkan hidup disini.
Untungnya selama aku liburan, ada
salah satu sahabatku yang juga sedang tinggal di Jakarta. Namanya Sani, dia
sedang mengikuti pelatihan (les) AKPOL (Akademi Polisi) yang kebetulan tempat
tinggal dan latihannya dekat dengan kosan sepupuku. Ini seperti takdir. Dulu
semasa SMA, salah satu dari sahabatku pernah bermimpi, “gimana ya rasanya kalau
kita semua nanti di Jakarta pas malam-malam kayak gini?” Ntah kenapa, saat di
Medan dulu, kami semua rasanya pengen banget ngabiskan malam yang panjang di
Jakarta. Jakarta kan gak pernah tidur, pasti banyak kegiatan dan wisata malam
yang bisa dijadikan hiburan.
Aku hanya bisa menghabiskan waktu
bersama Sani ketika malam hari soalnya pas siang dia pasti sibuk latihan dan
aku pun tidak ingin mengganggu waktunya. Selalu ada perasaan aneh yang muncul
ketika ingin bertemu dengan sahabat setelah sekian lama. Cowok, kalau udah lama
gak jumpa, begitu jumpa sahabatnya, kata-kata yang selalu terlontar pasti, “Masih idop aja kau ya. Ku kira udah mati.
Gimana, sehat kau?” sedikit pedas, namun happy ending. Cacian yang kasar
lalu ungkapan kabar yang dipenuhi rasa kangen. Beginilah cara kami para cowok
menyampaikan rasa kangen setelah sekian lama gak jumpa.
Malam itu, kami habiskan waktu sambil
mengobrol di McDonald samping Mall Senayan City. Malam ini jadi malam terakhir
aku di Jakarta, besoknya aku haru kembali pulang ke Lampung.
Selama perjalanan pulang, saat berada
di atas kapal penyebrangan Merak-Bakauheuni, ingatanku kembali mengingat tentang
apa yang sudah aku lakukan selama di Jakarta. Sepertinya masih ada yang kurang,
meskipun banyak hal sudah kulakukan selama disana. Akhirnya aku sadar, selama
aku liburan, aku belum pernah dengan suara bising anak-anak, sekalipun. Entah
itu karena berantem, ataupun cie.. cie..
cie in.. kawannya karena ketahuan berak di celana. Inilah yang kurasa
kurang dari Jakarta.
Kalau dipikir-pikir, walaupun enak
rasanya hidup di Jakarta, sepertinya aku tak cocok dengan kota ini. Aku memang
suka kesendirian dan membenci keramaian. Meskipun, keadaanya tenang di kala
siang, hanya suara kendaraan saja yang terdengar, aku tetap saja merindukan
suara bising manusia. Disetiap cahaya pasti ada bayangan. Dia selalu ada
dibalik cahaya, selalu bisa dilihat dikala cahayanya sedang terang. Padahal, keduanya
saling bertentangan. Jika suara bising manusia adalah sebuah cahaya, maka
akulah bayangan. Orang-orang sepertiku ada dan terlahir karena suara-suara
bising mereka lalu mencoba berdiam diri untuk bisa tenang dan berpura-pura sedang
sendirian.
Flashback Liburan Setahun yang Lalu
Reviewed by Rizali Rusydan
on
December 23, 2016
Rating:
No comments: