Aku dan Sabun dibesarkan di pinggiran kota besar yang
kumuh pemukiman. Meski lahir di daerah pinggiran, dari kecil Aku dan Sabun sudah punya mimpi besar untuk menaklukan dunia.Ketika sudah besar nanti
Sabun mau jadi Presiden Zimbabwe sedangkan aku bermimpi jika besar nanti mau
tanding mobil remote control sama Pak SBY. Tapi sayang, karena guru SD kami
galak, dan kami pun malas belajar, sekarang kami berdua hanyalah seorang mahasiswa
biasa yang bisa di dropout kapan saja.
Kami berdua kuliah di kampus yang sama hanya beda jurusan
saja. Aku jurusan Teknik Informatika, sedangkan Sabun jurusan Teknik
Geologi. Dari namanya aja udah “Teknik” kalian pasti tau gimana tingkat
kesulitan saat menjadi seorang mahasiswa teknik. Dengan me-lafalkan basmallah,
kami berdua mantap dengan pilihan tersebut karena kami yakin di tangan anak
tekniklah kemajuan bangsa ini bisa dibangun dan dengan menjadi mahasiswa
teknik, inshaa Allah jika nanti jadi sarjana kami bakal punya binik cakep,
karena biasanya jodoh anak teknik itu anak kedokteran. Ini murni hanya angan-angan saja.
Sebagai Mahasiswa Teknik, belajar bukan lagi tuntutan
melainkan kewajiban. Di jurusan ini pula lah banyak angka-angka tidak manusiawi
yang muncul keluar memohon kepada kami untuk diselesaikan. Sial, waktu SMA aku
pernah disumpahin guru Fisika gak naik kelas, jadinya aku bodoh
hitung-hitungan.
Rasanya lelah menjadi mahasiswa teknik, belajar siang-malem,
jurnal sana-sini, masih aja belum
memuaskan. “Tapi tak apa, itulah resiko menjadi seorang mahasiswa teknik,” kata
Sabun.
Terkadang iri rasanya dengan mereka temen-temen yang juga
mahasiswa yang sering share moment mereka jalan-jalan ataupun makan-makan di
Instagram, kenapa kehidupan kuliah mereka sangat menyenangkan, berbeda dengan
kehidupan kami mahasiswa teknik yang lebih terlihat seperti dua orang koboy
yang selalu dikejar deadline. Aku selalu membanding-bandingkan kenapa kuliah
mereka lebih santai, bisa haha.. hehe..
nongkrong sana-nongkrong sini berbeda dengan yang Aku dan Sabun alami.
Sewaktu gabut habis belajar, iseng-iseng buka Instagram kalau
gak salah itu sekitar jam 02.00 dini hari, pas lagi liatin Instagram story
orang, eh nemu Instagram story kakak
kelas semasa di pesantren dulu yang baru aja di share beberapa menit yang lalu.
Kakak itu nampilin story kalau dia lagi nugas, merasa senasib malam itu,
langsung aku dm dari Instagram. Voila! Selang beberapa menit dia membalasnya. Kami
pun terlibat percakapan yang lumayan panjang, membahas seputar kesibukan yang
kami alami selama kuliah. Intinya, malam itu aku bilang ke kakak kelasku kalau
yah.. aku iri melihat temanku yang lain yang bisa santai-santai lalu nongkrong
sepuasnya. Sepantasnya sebagai seorang kakak kelas dia pun memberikan nasehat
kepadaku yang merupakan adek kelasnya dan bilang kalau
“Semua punya kesibukannya masing-masing. Mungkin kuliahnya mereka memang santai makanya bisa share-share moment, semua udah ada jalannya masing-masing.”
Meskipun kakak kelasku jurusan pertanian sedangkan aku Teknik Informatika, aku rasa alasannya cukup logis diterima dan akupun meng-iyakannya. Bener juga yang dibilangnya.
“Semua punya kesibukannya masing-masing. Mungkin kuliahnya mereka memang santai makanya bisa share-share moment, semua udah ada jalannya masing-masing.”
Meskipun kakak kelasku jurusan pertanian sedangkan aku Teknik Informatika, aku rasa alasannya cukup logis diterima dan akupun meng-iyakannya. Bener juga yang dibilangnya.
Buat kalian mahasiswa yang hobi nge-share moment ke Instagram,
ketahuilah kalau ditiap kalian nge-share moment, perhatikan apa dulu yang mau
di share, karena ditiap kali kalian share moment itu, ada juga temen-temen
mahasiswa lainnya yang memperhatikan. Kalian nge-share makanan atau minuman
mahal yang kalian makan sewaktu akhir bulan? Ingatlah, ada mahasiswa yang
ngiler-ngiler liat makanan yang kalian share di instagram, mungkin sambil dia
mengelus dada dan berharap suatu saat bisa makan yang begituan, dan itu adalah
AKU. Mau itu moment bahagia kalian, atau moment makan-makan kalian, ataupun
kegiatan yang lagi kalian lakukan di kampus, gak semuanya harus di share, apalagi
kalau sampai kalian share moment di instagram story tiap
satu jam sekali, bukannya menghibur, jatuhnya malah nge-spam.
Sosial media memang menjadi media untuk menyalurkan segala
isi hati kalian, tapi, gak harus setiap moment bahagia yang sedang kalian alamin harus
di share ke sosial media. Boleh sih, rajin-rajin ngeshare moment di sosial
media tapi apa kamu gak malu sama temen-temenmu yang nge-follow akunmu?
Wajahmulah yang selalu menghiasi timeline mereka tiap satu jam sekali. Mungkin
kamu bilang mengupdate atau nge-share moment secara rutin di sosial media
adalah hal biasa karena orang lain juga melakukan hal yang sama. Dengan
seringnya kamu nge-share moment bahagiamu di sosial media itu juga menandakan kalau
sebenarnya kamu sangat kesepian, kamu butuh agar orang lain memperhatikanmu. Kamu
ingin orang lain melihat apa yang sedang kamu kerjakan.
Sejatinya, orang yang lagi bahagia atau orang yang lagi
menjalani moment-moment bahagia di dalam hidupnya cenderung memendam rasa
bahagia itu di dalam hati ketimbang harus share ke sosial media agar
orang-orang tau.
Kita mahasiswa, bukan Bondan Winarno yang hobi live report
makanan dari satu tempat ketempat lainnya. Kita mahasiswa, bukan artis yang
kerjaannya buat video vlog mengabadikan setiap momentnya dalam hidup. Kita juga
bukan mahasiswa yang kerjaannya buat Instagram story. Marilah berjalan di
koridor yang sama dan sama-sama berjalan.
Mahasiswa Instagram Stories
Reviewed by Rizali Rusydan
on
November 09, 2016
Rating:
Hahahahahahahahhahahahahhahahahhahahaha xDDDD aduh apabanget. Tapi ya, terkadang memang bener sih. Kalau dikehidupan nyata lagi benar-benar bahagia, sepertinya ga sampai kepikiran mau share di medsos. Justru kalau lagi gabut dan haus perhatian, larinya ke medsos dan ngelakuin hal-hal agak......berlebih? Ngga juga sih, tapi ya gitu. Intinya, semua indah pada waktunya. Doa bang, semoga ntar gajinya waktu kerja lebih gede drpd mereka yg waktu kuliah hura-hura xD
ReplyDeletegak perlu gaji gede mbak, cukup aja udah alhamdulillah, cukup untuk beli lamborghini, maseratti, sama iphone ++ wkwkwkwk.
Deleteberuntungnya aku ga pernah alami kuiah setragis itu. ga adaa yang namanya jurnal, ga ada yang namanya deadline. pokonya enaklah.
ReplyDeletejadi tau ternyata banyak anak kuliahan yang bersedih hati gegeara liat ig nya orang lain. membuat aku makin semangat share hodonisme diriku XD
bangkeeeeeeee...... mahasiswa doyan instagram stories detected!
DeleteHIDUP ANAK TEKNIK :D
ReplyDeleteSalam solidarity Forever :D
ditunggu kunjungan baliknya http://manapganteng.blogspot.co.id/2016/11/26-tahun-jne-connecting-happiness-yang-membuat-gue-happy.html
H I D U P !
DeleteAku juga juarang banget buka storiesnya temen2. Bukan karena takut iri ya :)) Tapi karena seringnya nggak penting. Sedangkan yang aku harapkan ya sesuatu yg informatif, bermanfaat. Kadang malah cuma ngelihatin dia nongkrong dan di tempat biasa saja. Lalu buat apaaaa... Sebenarnya stories hanyalah wadah kenarsisan manusia di level yg lebih tinggi
ReplyDelete"Sebenarnya stories hanyalah wadah kenarsisan manusia di level yg lebih tinggi". Nice Quote!
Deleteterkadang rumput tetangga jauh lebih hijau dari pada rumput yang kita miliki, hidup kita memang terkadang sulit tapi dari kesulitan itu kita belajar jadi orang tangguh.
ReplyDeleteJadi mesti bijak menshare IGstory yaaa
ReplyDeletehahahahaha kocak. waktu kuliah juga aku ngerasain hal yang sama, kok yg lain santai aku ngoding mulu malah
ReplyDeleteblog.viniamanda.com
Belum kenal Instagram Live nih?
ReplyDelete