Entah reaksi kimia apa yang terjadi
dalam tubuh mahasiswa teknik saat mendengar kata liburan. Adrenaline terpompa,
perasaan bahagia yang tiada ujung, serta diringin dengan rasa sedih lalu
tangisan. Aneh. itulah semua yang aku rasakan saat tau kalau HOLIDAY IS
COMING!!!
Nonton film sepuasnya? Yeayyy!!
Main game sampe larut malam? Oke!!!
Belajar? (ini optional, tergantung mood) yeayy!!!
Tapi namanya juga mahasiswa, libur
panjang salah, gak libur-libur lebih salah, gak ada rasa bersyukurnya. Dan
lagi-lagi itulah aku.
Tak terasa semester tiga telah
berlalu, hasil usaha dan belajar keras selama semester ini pun satu demi satu
mulai muncul di halaman portal akademik. Indeks nilai yang hanya terdiri dari 5
pokok huruf abjad perlahan-lahan muncul namun pasti. A, B, C, D, E, lima huruf inilah yang menjadi pengatur standar mood
seorang mahasiswa selama liburan. Jika di portal akademikmu muncul nilai D,
tamatlah riwayatmu. Mood mu hancur, rasanya mau nangis sambil berbisik dalam
hati “astagfirullah al’adzim.. cuman
segini aja nilainya?” lalu disusul dengan rasa kekecawaan yang teramat
dalam. Aneh, bukan?
Usaha belajarmu selama 6 bulan hanya
diapresiasi oleh kelima huruf abjad yang gak penting yang harusnya huruf ini
bisa kau lihat dimana saja. Di pasar, di game, hari-hari kau menemukan huruf
abjad yang serupa. Namun kenapa usahamu belajar selama ini hanya diapresiasi
oleh lima huruf tersebut? Jawabannya karena, dosen dan pihak instansi tak akan
pernah menilai prosesmu belajar untuk mendapatkan nilai tersebut, mereka hanya
memberi nilai, sama seperti yang mereka rasakan dulu saat mereka juga menjadi mahasiswa,
mereka hanya menjalankan tradisi yang lalu-lalu.
Libur semester tiga ini menjadi libur
pertama yang kuhabiskan di kos, tanpa tau harus pergi kemana. Jika liburan
tahun lalu kuhabiskan di sebuah apartemen di daerah Jakarta, liburanku kali ini
hanya sebatas: bangun tidur, cek handphone, buka laptop, lalu pergi ke warung
nasi uduk, begitulah seterusnya.
Liburan akan menjadi sebuah liburan
jika dihabiskan dengan kegiatan yang bermanfaat dan dapat melupakan beban
kehidupan mahasiswa sejenak. Itulah idealnya sebuah liburan. Jika liburan hanya
kau habiskan dengan tiduran di ranjang sepanjang hari, lalu siangnya menonton
serial Home Alone yang udah puluhan
kali tayang setiap menjelang tahun baru, itu namanya bukan liburan. Itu
hanyalah cara orang malas membudayakan sifat malasnya, kurang berguna, hanya
menambah repetan emak.
Awalnya aku berpikir kalau
menghabiskan liburan di kos adalah pilihan yang buruk. Hanya berdiam diri dalam
suasana malam yang mencekam, mendengar konser nyanyian katak, jangkrik, yang riuh
saut-sautan, dan harus meng-like
setiap postingan liburan teman yang di postnya di Instagram. Nyatanya menghabiskan liburan di kos tidaklah seburuk
seperti yang kubayangkan, meskipun suasana malamnya mencekam, namun itu
membuatku aman. Dalam hidup, aku menantikan hari-hari seperti ini. Hanya ada
aku sendiri serta nyanyian alam, yang menjadikanku lebih nyaman untuk berpikir.
Bagi kami, mahasiswa teknik, liburan
adalah suatu hal yang paling diimpikan. Selain untuk bersantai, lalu menjauhkan
diri sejenak dari rutinitas kehidupan kampus yang padat, inilah saat-saat dalam
hidup bagi kami untuk hidup lebih normal.
Jujur, selama semester tiga ini
kehidupan normalku terampas. Aku baru bisa bilang sekarang karena di semester
sebelumnya, aku hanya menghabiskan waktu untuk bermain sehingga nilaiku jeblok
semua. Karena aku mahasiswa yang goblok, di semester tiga ini aku harus
melebihkan usahaku dalam belajar. Inilah kali pertama aku merasakan sakitnya
belajar. Bangun tengah malam, lalu belajar sampai subuh, sampai terkadang pun
aku harus tidur dengan posisi duduk di meja belajarku sendiri. Inilah yang aku
impikan, daridulu aku pengen ngerasain gimana rasanya bisa tidur di meja
belajar karena lelah belajar. Belajar itu memang sakit, banyak yang harus
dikorbankan. Imam Syafi’I pernah berkata:
“Habiskanlah masa mudamu dengan belajar. Jika kau tidak belajar, maka
nikmatilah rasa sakitnya kebodohan”.
Mungkin dipikiran kalian aku hanyalah
mahasiswa teknik yang manja, yang selalu merengek karena merasa sakit karena belajar.
Tapi, saat kulihat kawanku yang pintar di kosan, memang tidak pernah terlontar
dari mulutnya kalau dia lelah karena belajar, namun wajahnya tidak bisa
berbohong. Wajahnya selalu terlihat kelelahan. Lisan memang dapat berbohong,
namun tubuh, tidak akan pernah bisa.
Mahasiswa teknik, kedoknya saja
manusia, nyatanya adalah sebuah robot. Harus bergerak secara sistematis dan
mengikuti sistem yang ada. Ini sama saja seperti domba yang digiring menuju
kandang oleh gembalanya. Aku tidak menyalahkan sistem pendidikannya, yah..
memang seperti inilah sistemnya. Aku gak bisa menyalahkan sistemnya, karena
dengan sistem seperti inilah kita dapat belajar untuk memanusiakan diri kita
menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Makanya aku sangat bersyukur,
Steve Jobs, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg pernah terlahir di dunia. Merekalah
segelintir manusia yang berani menantang sistem pendidikan di dunia ini. Mereka
lebih mementingkan proses belajarnya ketimbang hasil nilainya. Kalau saja
mereka tidak ada di dunia, mungkin sampai saat ini dunia masih berada di jaman
batu. Hampa tanpa teknologi.
Karena sudah lelah menjadi sebuah robot, inilah
saatnya aku dan teman-temanku menjadi manusia kembali. Selamat liburan! Kalian
dapat salam dari mahasiswa yang gak pulang ketika liburan. Temui keluarga
kalian, lepaskan kerinduan, berbincanglah selagi kesempatan itu masih ada. Oh
iya, jangan lupa, kalau ntar balik lagi, jangan lupa bawa oleh-olehnya. Kalau
yang dari Palembang jangan lupa bawa oleh-oleh empek-empeknya, kalau yang dari
Padang jangan lupa bawa oleh-oleh rendiag khasnya, dan yang kalau dari Medan,
JANGAN LUPA BAWA BOLU MERANTI NYA! AKU KANGEN BOLU MERANTI!
LIBURAN
Reviewed by Rizali Rusydan
on
December 31, 2016
Rating:
aku dulu juga pernah liburan di kosan jauh dari ortu itu sesuatu banget
ReplyDeletesangat.. sangat sesuatu malah mas
DeleteMantap sekali bang haha
ReplyDeletehahaha makasih
DeleteWah, saya juga punya teman yang seperti itu. Dia bukan mahasiswa teknik, melainkan sastra. Bisa jadi banyak yang menyangsikan, 'sastra mah belajar apa?'. Tapi sungguh dari semester awal hingga semester 5 kemarin dia hampir tidak pernah tidur di kasur melainkan buku menjadi bantalnya, atau tertidur dalam keadaan duduk. Yang diingat hanya tanggung jawab kepercayaan dan uang yg diberikan oleh orangtuanya.
ReplyDeleteBisa jadi berpeluh berdarah dia yg sekarang dibalas dahsyat oleh Allah besok-besoknya.
Semangat belajar untuk kita semua, tapi jangan lupa jalanjalan xD
hahaha iya bener, jangan lupa jalan-jalan.
Delete