Komentar terbaru

#CeramahSesat: Lebih Pantas Dikagumi Ketimbang Dimiliki


Beberapa waktu yang lalu, aku sempat berpikir, bagaimana seandainya Adam tak dibuang dari surga? Apakah kita hidup di dalam surga sebagai keturunannya, atau malah sebaliknya, justru manusia tidak akan pernah ada karena cikal-bakal manusia itu sendiri hidup bahagia menetap di surga. Ah, ini hanya pemikiran anehku saja. Tapi jujur, ini membuatku kepikiran, kadang.

Kalau saja waktu itu Adam tidak tergoda memakan “buah” yang dilarang Tuhan, mungkin takdir bakal berbeda. Karena terlanjur dimakan, diturunkanlah ia dari surga dan ya, begitulah, terciptalah peradaban dan kehidupan di bumi seperti yang bisa kita rasakan sekarang.

Adam—yang dianggap sebagai nenek moyang manusia, setidaknya menurunkan kita beberapa sifat sedari awal, yaitu: keingintahuan dan keinginan. Yang keduanya dapat kau lihat sebagai ciri khas dari seorang manusia dari dulu hingga sekarang. Rasa ingin tahu yang besar dan keinginan yang besar.

Setiap ingin melakukan sesuatu setidaknya kita didorong oleh kedua sifat tersebut. Ambil contoh seorang Tukang Kayu. Ketika melihat pohon Jati di hutan apa yang akan timbul di benaknya? Seberapa tinggi pohon ini? Bisa menghasilkan berapa potongan balok kalau kutebang? Berapa banyak uang yang akan kudapat? Aku pasti akan dapat banyak uang! Oke, aku tebang sajalah. Setidaknya seperti itu.

Sama seperti si Tukang Kayu dan Adam, kita juga begitu. Seandainya Adam tidak ingin tahu dan tidak memiliki keinginan untuk memakan buah terlarang tersebut, mungkin takdir kan berbeda. Jika Tukang Kayu tidak ingin tahu seberapa banyak potongan balok dan uang yang bisa ia hasilkan dari menebang pohon jati yang dilihatnya, tentu saja ia tidak akan mendapatkan uang dan dianggap gagal dalam membangun sebuah peradaban. Manusia, jika di dalam dirinya tidak ada rasa ingin tahu dan keinginan akan sesuatu, mungkin peradaban yang seperti sekarang ini tidak akan tercipta.

Namun ada beberapa hal yang diciptakan yang memang hanya bisa kau rasakan, kau lihat, kau kagumi, namun tak dapat kau miliki. Meskipun rasa ingin tahumu begitu besar tentangnya dan nafsu memilikimu juga sama, tetap saja, kau belum tentu bisa memilikinya. Contohnya: Cinta.

Ini hanyalah keluhan pribadiku saja ketika melihat sesuatu yang menurutku “indah” tapi tak dapat kumiliki (setidaknya untuk saat ini). Seperti: mobil, rumah mewah di kawasan real estate, wanita-wanita cantik, khususnya wanita cantik.

Aku sedang tidak berbohong saat mengatakan bahwa aku dulu merupakan seorang fans fanatik JKT48. Itu salah satu masa tersuram dalam hidup. Rasanya ingin kuhapus ingatanku pada masa-masa itu.

Hanya dengan mendengarkan lagu-lagu mereka dan menonton konsernya secara live tiap satu tahun sekali, aku merasa sudah sangat terikat dengan para personil, terlebih lagi personil yang kusuka. Rena Ozawa, namanya. Aku merasa begitu dekat dengannya tiap kali mendengarkan lagu-lagu yang ia nyanyikan, sampai-sampai aku kepikiran untuk menikahinya suatu hari. Sebuah delusi yang keterlaluan dan menjijikkan, pastinya. Bekerja di perusahaan besar, liburan ke jepang, mendatangi alamat rumahnya di Jepang, dan mengatakan kepada ayahnya bahwa aku ingin menikahi putrinya. Terasa seperti kisah cinta klimaks pada dongeng-dongeng bukan? Aku pernah sampai di titik yang sebodoh itu. Aku sedang tidak berbohong mengatakan hal ini, serius.

Namun kali ini berbeda. Wanita yang mampu membuatku benar-benar kagum kali ini adalah Jisoo. Jisoo, salah satu personil Girl Band Korea “Black Pink”, yang semua personilnya cantik, hanya saja, menurutku Jisoo lah yang paling berbeda. Selain tidak terlalu populer dibanding member lainnya, dia hobi membaca, itulah yang membuatku tertarik. Apalagi ketika tau kalau buku favorit kami sama: Norwegian Wood karyanya Haruki Murakami. Pas lah, gayung bersambut tangan, pikirku.

Namun aku tidak senaif dulu yang berpikiran bahwa harus memiliki yang aku kagumi. Bersamaan dengan berlalunya waktu, kini aku mampu menerima kenyataan dan belajar bahwa tidak segala hal bisa dimiliki karena lebih pantas dikagumi. Justru nilai tambahnya terletak pada fakta bahwa hal tersebut hanya bisa dikagumi ketimbang dimiliki. Jika nanti fakta tersebut berubah, dari yang sebelumnya hanya bisa dikagumi menjadi bisa dimiliki, yang tersisa: hambar. Ketidakmampuan akan memilikinya justru itulah yang menjadi seninya! Dan hal tersebut berlaku kepada: Jisoo.

Seandainya Adam saat itu hanya menganggumi buah terlarang tersebut bukan memakannya, sedang manusia mampu menahan nafsu ingin tahunya, tentu itu tak baik, tak akan ada peradaban pastinya. Semuanya harus seimbang antara nafsu dan kemauan. Untuk itulah Tuhan menciptakan akal pikiran serta hati.

Manusia akan selalu bosan karena selain dosa, manusia juga wadah sempurna dari rasa bosan. Banyak mau: ingin ini-itu. Padahal suatu waktu juga akan bosan. Untuk itulah kita harus mampu menahan/mengerem diri.

Jika suatu hari kau merasa memiliki obsesi yang berlebih, langkah terbaik yang bisa kau lakukan adalah bijak dan sadar bahwa segala hal tak bisa dimiliki. Kau harus percaya pada hal tersebut. Milikilah kendali atas diri dan perasaanmu. Manusia tempatnya bosan, setelah semuanya berhasil menjadi milikmu, suatu waktu bosan kan datang. Untuk itu, kenalilah dirimu, kendalikan nafsumu, dan berbahagialah! Tidak ada hal yang bisa dibandingkan kebahagiannya ketika kita dapat mengatur dan menjinakkan hewan buas dalam diri yang aku sebut sebagai: “nafsu”.

Tidak segala hal bisa dimiliki karena bisa jadi itu lebih pantas dikagumi.
#CeramahSesat: Lebih Pantas Dikagumi Ketimbang Dimiliki #CeramahSesat: Lebih Pantas Dikagumi Ketimbang Dimiliki Reviewed by Rizali Rusydan on June 01, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.