Sebelumnya “jarak” hanyalah sebuah kata yang asing yang maknanya mungkin sering kita lupakan.
Jarak. Apa itu?
Jarak. Bagaimana bisa kau tahu?
Kini pertanyaan itu perlahan mulai menelanku. Terus terngiang di
dalam kepala tentang satu kata: jarak. Jarak, 1 kata, 5 huruf, yang kini aku
mulai ragu. Apakah keberadaannya benar-benar sepenting itu? Mengapa belakangan
ini kita mulai merasa yakin kalau kehadirannya begitu berlaku.
**
Hidup terpisah, tinggal jauh dari orang-orang yang disayang merupakan
sebuah keharusan. Sebuah kepastian hidup yang siapapun tahu. Suka atau tidak
suka, hidup akan selalu mendorong punggungmu untuk terus bergerak maju dan tanpa sadar, saat kau
menoleh ke belakang, ternyata kau sudah berjalan begitu jauh. Meninggalkan semuanya di
belakang. Keluarga, teman, termasuk orang yang disayang. Ya, begitulah hidup.
Rasanya aneh bila harus mengingat ini kembali. Aku yang benci bila harus hidup terpisah jauh, lama-lama terbiasa. Mungkin itulah yang
dimaksud oleh orang-orang tua zaman dulu dengan “bisa karena terbiasa.” Kini sedikit
banyaknya aku paham tentang maksud kalimat tersebut.
Sekarang, aku benci bila harus mengakui datangnya malam itu. Malam dimana
aku rindu. Rindu dengan orang yang sudah kutinggalkan begitu jauh.
Jauh, hanya jarak yang tau. Jika jarak yang telah membuatku seperti itu, rasanya ingin kubunuh saja jarak itu. Meskipun aku tau, kalau rasa-rasanya itu mustahil. Karena membunuh jarak sama bodohnya dengan menebas angin. Sia-sia.
Terpisah begitu jauh. Jarak ribuan
kilometer hanya terasa seperti sebuah sekat pembatas yang memisahkan satu kamar dengan
kamar yang lainnya. Yang memisahkan dinding kamar yang satu dengan dinding kamar
yang lainnya. Terpisah begitu jauh, namun merasa begitu dekat.
Aku harap ini juga terjadi padamu. Semoga ini juga yang kau rasa. Karena
jujur, untuk saat ini akupun begitu.
Jarak
Reviewed by Rizali Rusydan
on
July 07, 2019
Rating:
No comments: