Menjadi tua itu pasti. Kepastian hidup yang tak dapat kau hindari.
Menua lah, baik itu tubuh, juga pemikiran. Hari ini kau berjalan tegak
menyandang ransel gunung di pundak, esok kau berjalan bungkuk menenteng tongkat
di tangan. Tak apa, itu proses alamiah yang siapapun akan rasakan. Jangan
takut.
Kegagalan adalah satu langkah mundur yang akan membawamu maju 50
langkah ke depan. Jangan takut, hadapi saja. Bersamaan dengan itu semoga Tuhan
selalu menguatkan jiwa agar penolakan tak terasa lebay hingga akhirnya kau
putus asa.
Semakin tua, semakin bijaksana. Jangan banyak ngomel apalagi di
social media. Kau hidup di dunia nyata, buka dunia senda gurau tempat segala
pencitraan diciptakan.
Nanti kau tua, tapi yang harus kau ingat adalah jiwa harus tetap
muda.
Tetaplah belajar apapun itu dan dari siapapun itu. Jangan pernah
merasa cukup. Terus paksa. Otot dibentuk dengan cara yang keras, juga sakit,
namun begitu muncul, semua orang bangga tak karuan. Begitu juga belajar.
Dimulai dari kebodohan yang menyakitkan, proses panjang yang memuakkan, hingga
akhirnya kau mendapatkan tujuannya. Teruslah belajar hingga nantinya hari tua
tak terasa begitu menyakitkan.
Ingatlah, ketika anak manusia memutuskan untuk belajar itu merupakan
tanda bahwa dia masih ingin hidup di dunia lebih lama. Begitu dia mengatakan
‘cukup’, ‘sudah’, ‘aku tak ingin lagi belajar’, dunia akan diam, berhenti
berputar mengitarinya, hanya tinggal tunggu waktu sampai waktu menggerogoti,
lalu tanpa sadar kaupun tua, menua dalam penyesalan.
Namun ingat juga bahwa belajar tidak semata di kelas, tidak semata dari
banyaknya membaca buku yang tebal, belajarlah dari segalanya bahkan dari
petugas penyapu jalanan kau haru dapat memetik pelajaran dari apa yang dia
lakukan.
Ingatlah dulu saat Socrates belajar-mengajar di alun-alun kota, saat
Plato mendirikan Akademi Plato di pinggir hutan, dan Kaum Sofis yang meraih
kebijaksanaan dalam berpikir karena selalu berpegian.
Mulailah menghargai setiap hubungan yang kau punya. Kepada keluarga,
sahabat, teman, maupun pacar. Suatu hari lingkaran hubunganmu akan mengecil,
mengerucut, hanya tersisa beberapa, dan mungkin jumlahnya akan sangat sedikit
sekali untuk benar-benar percaya kepada orang lain selain dirimu. Ingat,
manusia memiliki motif dan keinginan pribadi. Jangan lupa bahwa ketika
keinginan tersebut terpenuhi, maka tugasmu bersamanya sudah selesai. Kau harus
tau itu.
Penolakan sama seperti kegagalan. Bedanya penolakan biasanya datang
sebelum kegalalan, sebelum kau sadar kalau kau gagal. Kau bermimpi menjadi
penulis, namun kau harus tau kalau jalan yang kau pilih adalah jalan yang
sulit. Kau memilih jaan yang sempit, penuh duri dan kerikil, yang selalu
melukai kaki juga perasaan.
Kau bukan Haruki Murakami, manusia biasa-biasa saja yang ketika
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh langsung mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kau juga bukan J.K Rowling yang mampu bertahan dari puluhan penolakan hingga
suatu waktu bukunya menjadi sangat laris terjual bahkan hingga sekarang. Kau
adalah kau. Entah apa yang akan terjadi dengan bukumu, tapi ingatlah Tuhan
selalu bersama orang-orang yang tidak santai. Tuhan tidak tidur. Pastinya kau
telah memilih jalan yang sulit, maka bertahanlah.
Kehampaan adalah bagian dari hidup. Tak usah mencari warna baru
dalam hidup. Jika kau sudah senang dengan ke-abu-abu-an yang kau miliki
sekarang, kehampaan, kesepian, menurutku itu cukup. Jangan mencari lebih,
karena yang lebih suatu saat akan berubah menjadi hambar lalu hampalah yang
tersisa. Cobalah menahan kebosanan dan kehampaan yang kau rasa. Semua manusia
akan berada di titik tersebut.
Hiduplah seperti anak kecil dimana bermimpi merupakan hal lumrah
bukan tabu. Memang harus realistis, tapi ingat, semua hal di dunia ini
realistis bila kau melakukannya, bila kau berusaha. Ingat itu juga.
Untuk aku dimasa depan. Jangan cepat puas. Jangan cepat merasa
hebat. Jangan merasa sudah meraih apa yang diinginkan. Terus lapar, tapi bijak
dengan tidak melahap segalanya apalagi milik orang.
Untuk aku di masa depan. Semoga catatan ini sampai. Semoga ini
terbaca disaat kau mulai merasakan hal yang kusebutkan sebelumnya.
Untuk aku di masa depan. Sampai jumpa.
Surat Untuk 'Aku' di Masa Depan
Reviewed by Rizali Rusydan
on
July 10, 2019
Rating:
mantoelzz
ReplyDeletewaaa thank youuu
ReplyDelete