Bukan media sosial namanya kalau tidak dihebohkan dengan berita-berita kontroversial dan sensasional. Apalagi twitter, media sosial di mana gosip paling cepat tersebar dan semua orang dapat memuntahkan pendapatnya.
Sebagai warga negara Indonesia yang lebih penasaran perihal selangkangan, hubungan orang, kabar perselingkuhan, gosip seputar selebriti, topik-topik tersebut pun laris manis di jagad dunia maya. "Spill" istilah yang lazim digunakan untuk 'membongkar' sebuah gosip. Sekali gosip disebar, muda-mudi pengguna twitter gelagapan mengejar. Sekali spill diucap, kolom komentar ricuh tak karuan. Serendah itulah level pengguna media sosial di Indonesia.
Aib menjadi komoditas yang bisa dijual. Jadi jangan heran kenapa portal gosip hingga hari ini masih laris manis di pasaran. Aib kau sebar, traffic kau dapat. Traffic kau dapat, satu-per satu produk datang antri ingin mengiklan. Berita receh dibesar-besarkan, semuanya dianggap skandal. Pasangan selebriti yang sedang berciuman, selebriti yang sudah menikah puluhan tahun namun belum memiliki momongan, semuanya. Memang tiada yang lebih nikmat ketimbang memakan daging saudara sendiri.
Namun di antara itu semua, gosip seputar selangkangan, pelecehan seksual, dan perselingkuhan adalah yang paling banyak dicari orang. Selain bersatu dalam bokep, kita juga bersatu dalam gosip. Lalu muncullah istilah lain selain spill: 'buaya jantan' dan 'buaya betina'.
**
Dulu, laki-laki yang doyan gonta-ganti pasangan disebut buaya darat. Sekarang, berubah. Bukan lagi 'buaya darat' tapi 'buaya jantan."
Di twitter, istilah buaya jantan sering bermunculan. Tiap kali ada kasus pelecehan yang menyeret seorang pria, maka bersiaplah untuk dikatain buaya. Apalagi kalau terbukti pria tersebut pelakunya. Siap-siap aja dikata-katain netizen se-Indonesia dengan sebutan buaya jantan. Capek-capek ibu mengandung 9 bulan, membesarkan seorang anak laki-laki, pas dewasa malah dikatain buaya. Masih mending kalau beneran siluman buaya, masih bisa disuruh pesugihan, ini buaya selangkangan yang sukanya ngerusak anak orang. Kalau itu sih cocoknya dijadiin tumbal pesugihan.
Selain enggak tau malu, buaya-buaya jantan ini juga enggak takut sama yang namanya azab. Mungkin udah kebal kulitnya sama api neraka. Makanya siapa aja diembat, semua cewek dideketin, enggak peduli kalau si cewek udah berpasangan.
**
Bagi seorang buaya, wanita tak ubahnya sebuah objek. Wanita adalah piala yang pantas digilir dari buaya satu ke buaya lainnya. Wanita adalah piala yang pantas untuk diperebutkan apalagi kalau wanita tersebut sudah memiliki pasangan. Itu akan menjadi tantangan besar dan tidak ada harga yang pas untuk membayar tantangan tersebut selain berhasil merebut wanita tersebut dari pasangannya.
Bermula dari nanya kabar, sedang sibuk apa, setelah semua basa-basi dirasa cukup, saatnya serangan utama dilancarkan.
Berawal dari basa-basi nanya kabar, beberapa hari setelah itu, sang buaya kembali beraksi. Kali ini ia mulai percaya diri untuk mengutarakan perasaannya. Ini bukan 'perasaan' biasa, katanya. Ini perasaan yang sudah cukup lama kupendam, bahkan sejak kita masih di sekolah dasar. Setelah belasan tahun berpisah, juga menjalani hidup yang berbeda, muncul orang dari masa lalu, yang tiba-tiba dan dengan semena-mena mengutarakan perasaannya—kepada Vanesa, wanita yang baru ia temui setelah belasan tahun berpisah. Gila! Itu cinta apa cicilan rumah? Bisa sampai belasan tahun lamanya!
Aku hanya tertawa. Selain geli, sebagai laki-laki aku juga malu. Bukan begitu cara seorang cowok mengungkapkan perasaan yang lama dipendamnya kepada seorang wanita yang ia suka.
Vanesa—pacarku, menanggapinya dengan sopan. Berterima kasih kepadanya karena sudah berani mengutarakannya, dan bersyukur karena masih bisa menjadi sosok yang disuka.
Serangan utama gagal, serangan kedua pun dilancarkan.
"Aku boleh minta nomo wa, nggak?"
"Untuk apa?"
"Mau ngobrol biar bisa makin deket sama kamu," ucapnya.
"Dari sini kan bisa."
"Enggak seru, hehehe."
"Maaf ya, aku udah punya pacar." balas Vanesa.
"Kan cuman pengen ngobrol. Biar deket."
"Maaf, privasi." ucap Vanesa mengakhiri obrolan.
**
Hanya ada dua tipe pria di dunia: kalau enggak gigih, ia pasrah. Urusan cinta, lelaki cenderung pada pilihan yang pertama. Gigih bahkan keras kepala bisa kubilang. Cinta adalah sesuatu yang patut diperjuangkan, jadi biarkanlah kami para lelaki berjuang. Begitu pikir sang buaya.
Dia pun sadar kalau sudah tak diberi ruang dan kesempatan. Namun selayaknya buaya yang pintar mencari peluang untuk menyerang, ia menyerang di saat setiap wanita bahkan semua muslim di dunia, membuka ruang tersebut. Kapan lagi kalau bukan ketika Hari Raya Idul Fitri.
Hari raya selalu menjadi momen tepat untuk menyambung ikatan persaudaraan, mengencangkan hubungan yang renggang, dan saling bermaaf-maaf an. Meskipun pada kenyataannya tidak semua hal bisa dimaafkan, sebagai manusia yang gemar berpura-pura, khusus di momen ini kita bersandiwara seolah-olah nabi yang sabar.
Hal itulah yang dimanfaatkan oleh sang buaya. Melihat ada kesempatan, serangan selanjutnya pun dilancarkan.
"Hai. Gimana kabar?"
"Baik."
"Syukurlah," balasnya.
"Oh iya, selamat hari raya." sambungnya.
"Iya, makasih."
"Kamu lagi di mana?"
"Di rumah," balas Vanesa cuek.
"Aku main ke rumah, ya?"
"Enggak."
"Yaudah kalau gak boleh."
"Vanesa, aku boleh minta nomor whatsapp kamu, nggak?"
"Maaf, ya. Privasi."
"Lagipula aku udah punya pacar. Aku enggak suka kalau ada cowok lain yang ngedeketin." ucap Vanesa melanjutkan.
"Iya, maaf, ya."
**
Berikut adalah beberapa bukti rekaman layar sang buaya di direct message instagramnya Vanesa. Jauh sebelum itu, ia juga pernah menghubungi Vanesa, namun hanya basa-basi biasa.
Perihal cinta lelaki memang keras kepala. Cinta itu butuh perjuangan! Jadi biarkanlah kami berjuang! Meskipun berjuang untuk merebut pasangan orang.
**
Baru-baru ini, sang buaya menghubungi Vanesa kembali. Mau tau kelanjutan ceritanya? Tunggu di part selanjutnya! Selamat membaca!
Buaya Jantan
Reviewed by Rizali Rusydan
on
December 01, 2020
Rating:

No comments: