Komentar terbaru

Kisah, Kasih, Asu.


Aku muak.
Semuanya terasa seperti gumpalan darah kotor.
Bau amis menyengat memenuhi seisi ruangan, pikiran.
Bau busuk menusuk hidung hingga ke kerongkongan.
Ini tak sehat. Ini juga jahat.
Darah kotor tak semestinya berada di sini.  
Harus dibuang, jauh, dari siapapun.
Muak di dalam pikiranku sudah begitu banyak,
hingga menggumpal seperti darah kotor yang kukatakan barusan.

Segalanya begitu memuakkan.
Kau yang jadi pemicunya.
Kisah cinta cengeng yang menuntut banyak hal.
Yang menuntut kasih harus dibalas dengan asih,
peduli harus dibalas dengan sayang.
Semuanya butuh balasan, karena tidak ada yang cuma-cuma di dunia ini.
Oh, semua ini tentang untung rugi belaka-
karena ujung-ujungnya harus saling membalas.
Membalas budi lebih tepatnya.

Kau memuakkan.
Kau buat aku harus percaya pada kisah cinta seorang gadis ala cerita Cinderella.
Kau minta aku untuk melakukan segala hal seperti yang ada di cerita.
Untuk mendapatkan kisah sejati, maka kau harus berkorban.
Tai. Pengorbanan tai!
Lagi-lagi cinta menuntut balas.
Lagi-lagi kasih mesti dibalas dengan asih.
Kasih-asih, asu!

Kau menjengkelkan.
Setidaknya menurutku secara subjektif.
Dalam urusan sederhana maupun rumit.
Men are from Mars, Women are from Venus,
i think that’s the best sentence to describe our differences.
Aku mencintaimu.
Namun tidak untuk melakukan ini,
apalagi melakukan itu. Apalagi melakukan hal bodoh lainnya.
Aku menyukaimu tanpa tapi, tapi kamunya tak dapat kupahami.
Tai.
Kisah, Kasih, Asu. Kisah, Kasih, Asu. Reviewed by Rizali Rusydan on November 24, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.